Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akun Facebook Ayah

24 Juni 2021   06:49 Diperbarui: 29 Juli 2021   12:44 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku diam saja. Sulit menampilkan ekspresi yang tepat. Antara malu dan ingin berkata jujur. Malu karena dulu menolak keras masuk pondok. Ingin berkata jujur karena aku memang merasakan banyak sekali pengalaman menyenangkan selama enam tahun mondok.

Akhirnya, hanya senyum tertahan dan semu merah yang terpancar dari wajahku. Ayah telah berhasil menyindirku dengan telak. Benar lah rupanya petuah yang selama ini sering kudengar, bahwa semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

"Cerita, dong, ke ayah, pengalaman apa yang paling menarik selama belajar di pondok?" Ayah terus berusaha mencairkan kekakuan antara kami.

"Mmm ... banyak sih, Yah. Terlalu banyak untuk diceritakan," jawabku diplomatis. Aku masih enggan terlalu banyak ngobrol dengan Ayah.

"Kamu nggak minder, kan, selama mondok? Kan yang mondok di sana rata-rata anak orang kaya." Ayah terus berusaha memancing aku bercerita.

Aku pun akhirnya terpancing.

"Oh, iya, Yah. Ada yang menarik memang, terkait orang kaya yang Ayah sebut itu. Pas pelajaran tentang hukum waris, teman-temanku pada bersemangat dan banyak yang bertanya, loh, Yah,"

"Loh, kenapa? Padahal menurut Ayah itu termasuk pelajaran yang tidak menarik," sela Ayah antusias.

"Ya, gitulah, Yah. Mungkin karena mereka rata-rata anak orang kaya. Orang tua mereka pastinya nanti bakal mewarisi banyak harta. Sementara, mereka kan rata-rata punya beberapa orang saudara. Tentu penting bagi mereka untuk paham hukum waris itu. Supaya tau hak mereka atas harta warisan orang tua mereka kelak." Aku tersenyum lebar mengakhiri penjelasan.

"Hmm... benar juga, ya. Memang, sih, banyak lo, orang bersaudara jadi rusak persaudaraan mereka gara-gara warisan. Berebut harta. Biasanya itu terjadi karena tak ada wasiat dari orang tua sebelum meninggal. Atau, kalaupun ada wasiat yang jelas, ahli waris mengingkari, tak mau memenuhi isi wasiat itu. Karena serakah biasanya. Saling ingin mendapatkan porsi harta yang lebih besar. Padahal, bukankah dalam hukum waris Islam itu semua sudah jelas dan rinci di atur kan?"

"Betul, Yah. Ada temanku yang cerita, dia serius sekali mendalami pelajaran tentang hukum waris itu memang karena orang tuanya sendiri dulu mengalami konflik keluarga gara-gara rebutan warisan," tambahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun