Mohon tunggu...
Akaha Taufan Aminudin
Akaha Taufan Aminudin Mohon Tunggu... Sastrawan

Koordinator Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menulis Ulang Kontrak Setelah Kerusuhan 2025

19 September 2025   15:47 Diperbarui: 19 September 2025   15:47 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Denny JA Ketua Umum SATUPENA PUSAT 

Piketty mempelajari sejarah dunia, dan menemukan hukum besi ketidak-adilan. Hukum ini juga bisa berlaku untuk Indonesia.

Ia menunjukkan ketika pengembalian modal lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi (r > g), kekayaan menumpuk pada segelintir orang.

Warisan menjadi lebih penting daripada kerja keras. Ketimpangan pun membesar, kontrak sosial lama runtuh, dan rakyat kehilangan rasa memiliki terhadap negara.

Bukankah Indonesia sedang menuju jurang yang sama? Gini ratio stagnan, jurang kaya-miskin melebar, dan generasi muda hidup dalam bayang-bayang "generasi rentan": buruh kontrak, pekerja informal, ojol yang bekerja 12 jam tanpa kepastian.

Kerusuhan 2025 adalah alarm. Ia mengingatkan bahwa tanpa koreksi mendasar, kontrak sosial Indonesia akan hancur, digantikan bara ketidakadilan yang membakar.

Pelajaran dari Piketty jelas: kontrak sosial baru harus dibangun di atas keadilan distribusi, bukan hanya pertumbuhan.

Negara harus berani memperluas pajak progresif, mengurangi kekuasaan oligarki, dan memastikan akses pendidikan serta kesehatan benar-benar merata.

Di sini, pemikiran John Rawls relevan: keadilan sejati lahir ketika kebijakan dirancang seolah-olah kita tak tahu posisi kita dalam masyarakat---apakah kaya atau miskin, pejabat atau rakyat biasa.

-000-

Ada filsafat yang lahir dari kerusuhan 2025: keadilan adalah kemampuan institusi untuk berubah nyata.

*Bukan lagi sekadar janji, tetapi pemotongan fasilitas.  
*Bukan sekadar pidato, tetapi reshuffle pejabat.  
*Bukan sekadar angka APBN, tetapi Rp 200 triliun yang mengalir ke UMKM.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun