Mohon tunggu...
Aisyiah
Aisyiah Mohon Tunggu... Saya merupakan guru bahasa Indonesia

Jika pengalaman adalah guru terbaik. Maka pengalaman terbaik saya adalah menjadi guru.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Penghuni Lorong 4

3 Agustus 2025   21:55 Diperbarui: 3 Agustus 2025   21:55 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ishhh serem amat bu, buku yang ada hantu hantunya gak tuhhhh". Ucapku sambil mengerutkan dahi.

"Hishhhhshshshs, maksud ibu, buku yang tema nya horor lohh, itu di sana, di lorong 4. Cari saja di sana, ada banyak. Jangan lama-lama, bentar lagi sudah mau jam 4, mau ibu tutup ini perpustakaannya", ucap Bu Witi.

"Iya iya bu. Ini sepi amat bu tumben perpustakaanya. Biasanya rame, ini kok tumben gada pengunjungnya", tanyaku dengan wajah keheranan.

"Iya ni nduk, tumben banget ini juga sepi. Baru kamu ni kebetulan yang ke sini. Dari tadi gada yang ke perpus", jawab Bu Witi.

Ohhhh. Yasudah bu, Aku mau jalan jalan dulu ke lorong sembari lihat-lihat buku.

Langkah demi langkah, ku telusuri lorong- lorong perpustakan sekolah dengan penuh tanya.
"Buku mana ya yang bagus?"
"Ini bagus ni".
"Ah, itu juga bagus. Tapi ini bukan buku horor ah".
"Ngga-ngga, aku pinginya buku cerita yang horor".
"Lanjut-lanjut ke sebelah sana".
Ucapku sambil ngedumel sendiri.

Ku lanjutkan langkah pelanku menuju lorong 4. Dari jarak 2 meter aku melihat lorong 4 tampak begitu berbeda. Rak tinggi menjulang, buku-buku berserakan, lampu bohlam kuning yang mulai meredup, sarang laba-laba bertebaran di sela-sela atas rak buku, membuat suasana perpustakaan menjadi tampak mistis. Mengingat tak ada siapapun diruangan ini selain aku dan ibu penjaga, membuatku sedikit takut dan merinding.
Kuputuskan untuk berhenti sejenak dan mengamati keadaan sekitar sembari melihat ke arah lorong 4.
 
(Dag dig dug dag dig dug)
Jantungku berdebar begitu cepat. Mataku melotot fokus kearah rak buku lorong 4. Suara jarum jam terdengar sangat jelas. Tak ada sesiapapun di sini. Hanya ada bayangan rak buku dibawah bohlam kuning yang hampir redup. Ku lanjutkan langkahku menuju lorong 4.

Du du dudu du dud duuuu
La la lalalaa lala
Dan tibalah aku di lorong 4 sembari pura-pura bernyanyi untuk menghilangkan rasa takutku. Ku lihat satu per satu judul bukunya, kuamati gambarnya, ku bersihkan debu-debu yang menempel disampulnya. Dan mataku tertuju pada satu buku.
Saat sedang membaca sinopsis buku, aku mendengar suara seperti seseorang membalik halaman di ujung lorong, padahal aku yakin tadi tidak ada orang lain. Aku mengintip ke ujung lorong. Ternyata kosong.
Aku mengabaikannya, ku fikir itu hanya efek lelah dan paranoid.

Saat kembali fokus membaca, lampu di atasnya berkedip-kedip. Sebuah buku dari rak atas jatuh sendiri, tepat di sampingnya. Judul buku itu: “Penghuni Lorong 4”.
Saat aku mengambilnya, aku melihat di balik sela rak: bayangan hitam bergerak cepat.
Lampu lorong padam sebentar lalu menyala lagi, tapi kini remang-remang. Akupun mulai panik dan berjalan cepat keluar lorong. Namun, lorong seolah menjadi lebih panjang, rak-raknya tak lagi familiar.

Aku mendengar suara napas berat dan langkah lembut menyusul dari belakang. Aku terpaksa berbalik dan menghadapi lorong yang gelap. Dari kegelapan, muncul siluet pria berbadan tegap, tinggi, hitam dengan lidah menjulur panjang ke bawah dan mata merah yang melotot ke arahku.
Akupun menutup mata dan membaca doa. Saat membuka mata, semua kembali normal. Lampu terang. Tak ada buku berserakan. Lorong kembali seperti semula. Tanpa berfikir panajng, aku langsung berlari menghampiri Bu Witi dengan nafas ter engah-engah.
"Bu bu bu Witiiiiiiiii, huh-huh-huh-huh"

"Kenapa to ndukkk, kokyo lari-larian di perpus. Udah dapat bukunya too, buku apa itu lihat". Jawab Bu Witi sembari mengerutkan dahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun