Membaca membukakan jendela.. membuat yang berdiam diri serasa dapat melintasi dunia manapun. Dan kini, sesuatu dari balik sana sedang mengintip.
Siapa sangka, bahwa aku akan mengalami kejadian janggal ini. Ya. Kejadian di lorong perpustakaan sekolah.
Namaku Anisa.
Aku merupakan salah satu siswa di smp swasta daerah kabupaten Purworejo. Kejadian ini bermula saat aku pulang sekolah dan beranjak keluar kelas sembari meneteng tas ranselku menuju perpustakaan sekolah. Membaca buku sejenak di perpustakaan kemudian meminjam buku lainya untuk ku bawa pulang.
"Anisaaaa, kamu mau kemana? Ga langsung pulang?" Ucap Sinta temanku yang sedang jalan menuju pintu gerbang beranjak pulang.
"Iya ni Sin. Bentar lagi pulang kok, ini aku mau ke perpustakaan dulu mau baca-baca buku sekalian minjem" ucapku.
"Hissss, hati-hati lohhhh, kamu ga takut. Perpustakaan kita kannnnnnnn eheheh....." ucap Sinta dengan mata melotot sembari senyum.
"Halahhhhhh. Takut apalah, siang-siang gini kok" ucapku kepada Sinta saat di lapangan menuju perpustakaan. Tak ku gubris bualan Sinta itu, ku lanjutkan langkahku menuju perpustakaan. Nampak dari luar, perpustakan sekolah terlihat gelap, beberapa bohlam redup yang dibiarkan menyala di sepanjang lorong, memancarkan cahaya kekuningan yang lebih menyerupai bayangan daripada penerangan. Rak-rak tinggi yang dipenuhi buku-buku tua berdiri membisu, seperti deretan nisan yang berjaga di tengah kegelapan.
"Assalamualaikum..
Ibu, aku mau mau lihat-lihat buku ya buuu, sekalian minjem deh nanti kalau ada yang cocok..."
"Oyaaa, silahkan. Mau cari buku apa memangnya toh nduk". Ucap Bu Witi penjaga perpustakan sekolah.
"Em, pinginya si buku cerita bu. Cerita apa adanya bu. Horor kayaknya bagus deh bu, ada ga ya. Kayaknya seru deh" ucapku sambil melihat ke arah lorong-lorong rak buku perpustakaan.
"Lhooooh, ya ada banyakkk tooo. Itu disebelah sana buku yang ada hantu hantunya. Di lorong ke 4" ucap bu Witi.
"Ishhh serem amat bu, buku yang ada hantu hantunya gak tuhhhh". Ucapku sambil mengerutkan dahi.
"Hishhhhshshshs, maksud ibu, buku yang tema nya horor lohh, itu di sana, di lorong 4. Cari saja di sana, ada banyak. Jangan lama-lama, bentar lagi sudah mau jam 4, mau ibu tutup ini perpustakaannya", ucap Bu Witi.
"Iya iya bu. Ini sepi amat bu tumben perpustakaanya. Biasanya rame, ini kok tumben gada pengunjungnya", tanyaku dengan wajah keheranan.
"Iya ni nduk, tumben banget ini juga sepi. Baru kamu ni kebetulan yang ke sini. Dari tadi gada yang ke perpus", jawab Bu Witi.
Ohhhh. Yasudah bu, Aku mau jalan jalan dulu ke lorong sembari lihat-lihat buku.
Langkah demi langkah, ku telusuri lorong- lorong perpustakan sekolah dengan penuh tanya.
"Buku mana ya yang bagus?"
"Ini bagus ni".
"Ah, itu juga bagus. Tapi ini bukan buku horor ah".
"Ngga-ngga, aku pinginya buku cerita yang horor".
"Lanjut-lanjut ke sebelah sana".
Ucapku sambil ngedumel sendiri.
Ku lanjutkan langkah pelanku menuju lorong 4. Dari jarak 2 meter aku melihat lorong 4 tampak begitu berbeda. Rak tinggi menjulang, buku-buku berserakan, lampu bohlam kuning yang mulai meredup, sarang laba-laba bertebaran di sela-sela atas rak buku, membuat suasana perpustakaan menjadi tampak mistis. Mengingat tak ada siapapun diruangan ini selain aku dan ibu penjaga, membuatku sedikit takut dan merinding.
Kuputuskan untuk berhenti sejenak dan mengamati keadaan sekitar sembari melihat ke arah lorong 4.
(Dag dig dug dag dig dug)
Jantungku berdebar begitu cepat. Mataku melotot fokus kearah rak buku lorong 4. Suara jarum jam terdengar sangat jelas. Tak ada sesiapapun di sini. Hanya ada bayangan rak buku dibawah bohlam kuning yang hampir redup. Ku lanjutkan langkahku menuju lorong 4.
Du du dudu du dud duuuu
La la lalalaa lala
Dan tibalah aku di lorong 4 sembari pura-pura bernyanyi untuk menghilangkan rasa takutku. Ku lihat satu per satu judul bukunya, kuamati gambarnya, ku bersihkan debu-debu yang menempel disampulnya. Dan mataku tertuju pada satu buku.
Saat sedang membaca sinopsis buku, aku mendengar suara seperti seseorang membalik halaman di ujung lorong, padahal aku yakin tadi tidak ada orang lain. Aku mengintip ke ujung lorong. Ternyata kosong.
Aku mengabaikannya, ku fikir itu hanya efek lelah dan paranoid.
Saat kembali fokus membaca, lampu di atasnya berkedip-kedip. Sebuah buku dari rak atas jatuh sendiri, tepat di sampingnya. Judul buku itu: “Penghuni Lorong 4”.
Saat aku mengambilnya, aku melihat di balik sela rak: bayangan hitam bergerak cepat.
Lampu lorong padam sebentar lalu menyala lagi, tapi kini remang-remang. Akupun mulai panik dan berjalan cepat keluar lorong. Namun, lorong seolah menjadi lebih panjang, rak-raknya tak lagi familiar.
Aku mendengar suara napas berat dan langkah lembut menyusul dari belakang. Aku terpaksa berbalik dan menghadapi lorong yang gelap. Dari kegelapan, muncul siluet pria berbadan tegap, tinggi, hitam dengan lidah menjulur panjang ke bawah dan mata merah yang melotot ke arahku.
Akupun menutup mata dan membaca doa. Saat membuka mata, semua kembali normal. Lampu terang. Tak ada buku berserakan. Lorong kembali seperti semula. Tanpa berfikir panajng, aku langsung berlari menghampiri Bu Witi dengan nafas ter engah-engah.
"Bu bu bu Witiiiiiiiii, huh-huh-huh-huh"
"Kenapa to ndukkk, kokyo lari-larian di perpus. Udah dapat bukunya too, buku apa itu lihat". Jawab Bu Witi sembari mengerutkan dahi.
"Aa-anu bu, gapapa, tadi keburu ibu pulang, makanya saya lari takut ditinggal ibu hehe, ini belum dapat bukunya bu, besok lagi saja saya pinjamnya".
"Looo belum dapat gimana, la itu di tanganmu buku apa??"Jawab Bu Witi.
Dengan raut wajah keheranan, aku langsung menatap ke arah tanganku, yang ternyata sudah menggenggam buku “Penghuni Lorong 4”.
"Owhhh, eee ini hehe iya ya bu, lupa saya kalau pinjam buku ini. Ini saya pinjam dulu ya bu bukunya, besok saya kembalikan. Saya lanjut pulang duluan ya bu, hehe" jawabku sambil nyengir meski dalam hati merasa heran dan kaget.
Dengan keringat bercucuran dan nafas ter engah-engah, aku melangkah keluar perpustakaan dan beranjak pulang. Rasanya, aku seperti bukan di alam nyata. Itu seperti bukan di perpustakaan. Aku yakin sekali ada yang aneh di lorong itu.
"Ahhhh, bodoamatlahh, mungkin aku saja yang halusinansi".
Setibanya di rumah, aku penasaran dengan buku yang tidak sengaja ku bawa saat di perpustakan tadu. Saat aku melihat ke dalam buku, badanku terasa dingin. Sekujur bulu kudulu berdiri. Mulutku menganga ketika membaca halaman pertama berisi tulisan tangan:
>"Dia melihatmu membaca ini. Jangan buka halaman berikutnya
dia sedang mengawasi, menyeringai disudut matamu.."<
--------
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI