Mohon tunggu...
Agus Siregar
Agus Siregar Mohon Tunggu... Peneliti Tasawuf

Peneliti Tasawuf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aliran-aliran dalam Filsafat Islam

15 Agustus 2025   17:38 Diperbarui: 15 Agustus 2025   17:38 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pendahuluan

Filsafat difenisikan sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan, untuk mempertajam argumentasi sehingga membuat seseorang yang telah belajar filsafat menjadi jauh dari kesesatan, karena filsafat memastikan kebenaran sesuatu yang sudah dianggap benar. Filsafat Islam adalah ilmu yang mencari kebenaran yang sebenar-benarnya agar seseorang memiliki tindakan yang benar. Jika masyarakat menolak filsafat justru hakikatnya telah membunuh ketajaman intelektual dan daya nalarnya sebagaiman yang dijelaskan oleh Fazlur Rahman

 

"Filsafat, bagaimanapun juga, adalah kebutuhan intelektual yang abadi dan harus dibiarkan berkembang baik demi dirinya sendiri maupun demi disiplin ilmu lainnya, karena filsafat menanamkan semangat analitis-kritis yang sangat dibutuhkan dan menghasilkan ide-ide baru yang menjadi alat intelektual penting bagi ilmu-ilmu lainnya, tidak terkecuali bagi agama dan teologi. Oleh karena itu, suatu masyarakat yang mengabaikan filsafat pada dasarnya membiarkan dirinya kelaparan akan ide-ide segar-sebenarnya, masyarakat tersebut melakukan bunuh diri intelektual".

 

Filsafat Islam yang memiliki cakrawala yang dapat diilhami dan merupakan salah satu tradisi intelektual terkaya di dunia, filsafat yang secara keniscayaan berkaitan dengan realitas keagamaan dan kenabian serta logika, ilmu-ilmu alam, dan seterusnya, dan sering kali disandingkan dengan iluminasi (ishrq) dan gnosis ('irfn). Jika melihat kembali filsafat dalam sudut pandang ini, maka gelar "filsuf" tidak dapat ditolak bagi mereka yang dalam Islam disebut "falsifah" dan juga mereka yang dikenal sebagai ukam' dan 'uraf'. Filsafat Islam bukanlah filsafat Arab karena beberapa alasan, meskipun istilah ini memiliki sejarah yang terhormat di Barat, namun tidak memiliki historis di dunia Islam sendiri sebelum abad ke-14 samapai ke-20. Pertama-tama, meskipun sebagian besar karya-karya filsafat Islam ditulis dalam bahasa Arab, banyak juga yang ditulis dalam bahasa Persia yang berasal dari Ibnu Sina sendiri. Kedua, meskipun banyak filsuf Islam yang berasal dari Arab, seperti al-Kindl atau Ibnu Rusyd, banyak juga yang berasal dari Persia, dan sebagian besar berasal dari latar belakang etnis Turki atau India. Selain itu, Persia tetap menjadi pusat utama filsafat Islam selama sebagian besar sejarah Islam. Filsafat Islam diciptakan oleh orang-orang Muslim yang merupakan orang Arab, Persia dan kemudian Turki, India, Melayu. Berdasarkan terjemahan yang sering dilakukan oleh orang barat.

 

Filsafat Islam setidaknya dibagi menjadi tiga aliran Masya'yyah, Israqyah dan Hikmah Muta'allyah. Paripatetik atau sering disebut sebagai Masya'yyah secara epistomologi disandarkan kepada metode logis Aristotelian. Ciri Aristotelian ini memandang segala sesuatu adalah gabungan antara materi dan bentuk (hylomorfisme). Segala sesuatu yang ada pada alam ini bersifat materi pemahaman ini jelas berbeda dengan Platonik yang mengatakan bahwa segala sesuatu ini terdiri dari ide, terkait tentang ide akan lebih menarik ketika membahasnya saat di Israqiyyah, adapun tokoh Paripatetisme sebagai berikut:

 

  • Tokoh-Tokoh Aliran Masya'yyah
  • Al-Kindi 

 

Abu Yusuf Ya'qub ibn Ishaq al-Kindi filsuf dari Arab yang sangat terkenal dalam sejarah filsafat Islam, lahir di Kufah 798 M, al-Kindi memulai pendidikannya di Kufah dan menyelesaikannya di Bagdad, pusat kebudayaan pada zamannya. Al-Kindi begitu terkenal di ibu kota Abbasiyah sebagai seorang ulama dan dokter dan mendapatkan perlindungan dari khalifah al-Ma'mun dan Mu'tasim dan ditunjuk sebagai guru bagi anak dari khalifah Ahmad. Dengan fasilitas yang memadai al-Kindi melanjutkan mempelajari berbagai bidang ilmu sampai akhirnya al-Kindi tidak lagi disukai oleh para penguasa. Al-Kindi meninggal di Bagdad 870 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun