Lalu, di tengah bising mesiu, sebuah kabar melayang perlahan,
Bagaikan sayap merpati putih yang melintas di padang hitam.
Gencatan senjata, sebuah kata yang hampir terlupa maknanya,
Membawa jeda sejenak pada hiruk pikuk kematian yang kejam.
Senyap itu datang, bukan senyap menyerah, tapi senyap menata nafas.
Wajah-wajah yang tegang, kini perlahan menunjukkan sedikit kelegaan.
Seorang wanita Gaza berdiri di tengah puing rumahnya yang rata,
Tangan yang tadinya gemetar memeluk bayinya, kini perlahan terangkat.
Matanya, yang dipenuhi kabut duka, kini memancarkan cahaya pertama,
Bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan yang terpendam.
Kebahagiaan yang rapuh, lahir dari janji untuk tidak mendengar bom lagi.