Menara-menara ambruk, sekolah menjadi kuburan mendadak,
Dan rumah-rumah, yang dibangun dari mimpi, kini hanya puing kelam.
Kami berlari, bukan menuju masa depan, tapi mencari sisa-sisa nafas,
Memeluk anak-anak yang matanya telah melihat terlalu banyak kematian,
Menggenggam kunci rumah yang tak lagi beratap, hanya janji kepulangan.
Kelaparan adalah tamu abadi yang merayap di lorong-lorong sepi,
Perut-perut kecil menjerit meminta roti, namun udara hanya beraroma mesiu.
Air bersih adalah kemewahan, obat adalah dongeng yang tak terperi,
Kami merangkak di reruntuhan, memungut sisa rezeki yang beku.
Ini adalah perang bukan melawan tentara, tapi melawan rasa lapar,
Sebuah siksaan yang dingin, menggerogoti kekuatan dari dalam.