Sebuah momen sakral, ketika ibu boleh mencium anaknya tanpa cemas.
Inilah fajar yang kami tunggu, fajar yang tercipta dari jeda pertempuran,
Bukan akhir perang, tapi kesempatan untuk menghirup udara tanpa debu mesiu.
Kami keluar dari terowongan, dari bunker, melihat langit dengan pandangan baru,
Memastikan bahwa tanah ini masih di sini, menunggu untuk dijamah.
Anak-anak mulai berani bermain di antara puing, tanpa rasa takut mengejutkan,
Menemukan mainan yang tertimbun, merayakan hal kecil yang luput dari pandangan.
Gencatan senjata adalah janji, walau sering terkhianati,
Ia adalah waktu untuk menghitung yang hilang dan memakamkan dengan layak.
Waktu untuk mencari air, waktu untuk membagi sedikit rezeki yang tersisa,
Menggali di bawah tumpukan beton, berharap menemukan sisa kehidupan.