Aku menunggu kata. Untuk menemani kesunyian gigil jemariku, yang sungkan memeluk genggaman tanganmu yang membeku di atas meja. Agar tercipta kehangatan dua rasa yang berbeda, dari belenggu kekakuan cara tak bermakna.
Di titik tertentu, adakalanya butuh surut selangkah menjemput ulang masa lalu. Dan kembali menjahit perih pertikaian luka yang terabaikan dalam persembunyian. Atau, menghapus bercak perselisihan kata yang tak pernah menemukan penyelesaian.
Menangislah! Itu pertanda hati kita tak membatu.
Biarkan airmata memandu jalan pulang penyesalan, bukan sebuah perpisahan. Dan membasuh kesucian bait-bait pinta dalam nada liris kepasrahan.
Atau,
Kita berdua, bersama menikmati secangkir kopi senja. Kau mereguk manisnya kerelaan, dan aku yang sibuk mengusir pahitnya kehilangan.
Curup, 04.11.2019
zaldychan