Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Secangkir Kopi di Taman Bacaan

9 Maret 2024   21:48 Diperbarui: 9 Maret 2024   21:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Secangkir kopi di taman bacaan. Menyatakan bahwa minum kopi bukan soal cangkirnya, buka pula soal tempatnya. Kopi substansinya ada di rasa, di batin dan pikiran orang-orang yang meneguknya. Kopi tidak sama sekali membutuhkan cangkir yang mewah. Saat ngopi tidak perlu berbangga diri tentang pekerjaan, harta dan kedudukan sosial. Karena cerita cangkir, pekerjaan dan harta hanya seremoni, bukan substansi saat ngopi.

Secangkir kopi di taman bacaan, setiap orang sama saja. Asal mampu menikmati dan mensyukuri apa yang ada. Secangkir kopi itu sebuah inspirasi. Bahwa kopi tidak pernah berdusta atas nama rasa. Kopi selalu punya cerita, bahwa yang hitam tidak selalu kotor dan rasa pahit pun tidak selalu membawa kesedihan. Maka kopi di taman bacaan, selalu menemukan penikmatnya sendiri. Seperti kopi di Rooftop Baca TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.

Hanya saja, terkadang secangkir kopi di taman bacaan. Bisa jadi menimbulkan salah sangka. Sebab jika kopi terlalu pahit, pasti gula-lah yang disalahkan. Karena gula terlalu sedikit hingga "rasa" kopi itu pahit. Sebaliknya pun sama, jika kopi terlalu manis pun gula lagi yang disalahkan. Akibat terlalu banyak gula hingga "rasa" kopi itu terlalu manis.

Tapi bila kandungan kopi dan gula seimbang, kopinya sedap dan enak diteguk. Siapa yang dipuji? Tentu, bukan gula. Tapi semua orang akan berkata "kopi terbaik", kopi top banget. Kopi-lah yang mendapat pujian, kopi yang disanjung-sanjung. Lalu, ke mana gula yang ikut membuat "rasa" kopi menjadi sedap? Gula akhirnya hanya bisa disalahkan.

Maka secangkir kopi di taman bacaan. Hanya mengingatkan siapapun untuk bersikap bersikap realistis. Menerima kenyataan dan apa adanya saja. Tanpa perlu menyalahkan orang lain, apalagi merendahkan yang tidak pantas direndahkan. Secangkir kopi di taman bacaan, menegaskan pentingnya keseimbangan. Seimbang antara pahit dan manis, antara dunia dan akhirat. Seimbang lahir batin. Agar tidak berat sebelah dan objektif, Salal literasi #KopiLentera #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun