Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Secangkir Kopi, yang Sedang-Sedang Sajalah

10 April 2024   19:39 Diperbarui: 13 April 2024   05:19 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Secangkir kopi di Lokasi Kintamani Bali- Sumber -FB-Retty Patria Patra

Secangkir kopi disuguhkan ke saya, aroma nya sudah membuat pikiran melayang dan aroma itu membuat  ketagihan, namun teman yang saya ajak bertamu itu buru-buru berkata, saya jangan dikasih kopi, cukup air putih atau teh kalau ada. Jawabnya simpel

Dia selalu berkata, bahwa memandang kopi membuat otaknya berpikir kopi itu membuat perutnya kadang tak keruan, begitulah sampai bertanya, kenapa ya Bli,  demikian? Tanyanya  serius ke saya. Saya tersenyum secangkir kopi yang saya minum, adalah salah satu dari miliaran  cangkir/kup yang juga diminum di tempat lain di dunia, sebab kopi diminum paling tidak diperkirakan lebih dari dua miliar cangkir kopi dikonsumsi setiap hari. Wah... besar banget.

Kopi memang popular. Perlu anda tahu bahwa kopi adalah salah satu minuman non alkohol yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia, dengan perkiraan 165 juta kantong berukuran 60 kg dikonsumsi per tahun jumlah yang sangat besar.

Kopi menjadi kian menarik tergantung penyajian, dan racikannya, dengan pengolahan roasting dan lewat berbagai penerapan  teknologi fermentasi dan lain-lain, sehingga memiliki rasa yang gurih, dan sensainya membuat aduh hai. Bisnis  kopi memang menjanjikan , apa lagi di Indonesia, jumlah penduduk 270 juta lebih, dan penghasil Kopi terbesar keempat di dunia, dengan berbagai jenis varian yang unik dan tak ditemukan di tempat lain.Lalu mengapa masyarakat penghasil kopi tetap miskin? Entahlah perlu sentuhan baru dalam pengolahan pasca panen kopi nampaknya. 

Minum Kopi di Kintamani-Dokpri
Minum Kopi di Kintamani-Dokpri

Anak saya yang baru pulang dari Australia, lewat Kintamani, hanya untuk mampir di kedai kopi yang megah, Starbuck yang ada di Kintamani, perpaduan view kaldera Gunung dan danau batur menjadi impian healing  untuk pencuci mata dan menikmati aroma dan citarasa kopi dalam secangkir kopi. Tentu, sepadan dengan biaya yang harus dirogoh yang relatif mahal, sekitar 75- 100 ribu per cup. Wah... mahal , ya sepadan.

Ketika menyeruput kopi di di tempat itu, terasa bahwa Asupan kopi sangat bervariasi berdasarkan negara, usia, dan jenis kelamin yang berbeda, dan tampaknya konsumsi kopi terus meningkat yang sejalan dengan peningkatan jumlah kedai kopi spesial di banyak negara.

Sumber -FB-Retty Patria Patra
Sumber -FB-Retty Patria Patra

Benar adanya, bahwa Asupan kopi sering dikaitkan dengan senyawa kafein sebagai stimulan, yang merupakan komponen utama kopi, dan rata-rata asupan kafein di Amerika Serikat adalah 135 miligram per hari, yang setara dengan sekitar 1,5 cangkir per hari. Banyak orang mengonsumsi hingga 6 cangkir kopi per hari dan jumlah kafein yang jauh lebih tinggi. Meskipun biji kopi sangrai dan kopi seduh mengandung kafein tingkat tinggi, terdapat beberapa ratus senyawa turunan fitokimia dalam kopi, dan ini termasuk asam klorogenat/lignan, alkaloid, polifenol, terpenoid, melanoidin, vitamin, dan logam, yang semua itu tentu bermanfaat bagi Kesehatan manusia. Jika anda tidak minum berlebih, cukup minum  yang sedang-sedang sajalah. Layak syair  lagu dangdut yang dinyanyikan  oleh Iwan Salman penyanyi blasteran  Indonesia -Malaysia itu.

 Tentu anda sama dengan saya, tidak secara serta merta percaya, saya berikan bukti, bahwa potensi dampak minum kopi terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, dengan melihat konsumsi demikian itu telah disampaikan dalam artikel ilmiah hasil riset peneliti jebolan dalam negeri maupun luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun