Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia dalam MEA, Sudah Sesuai Jalur?

19 April 2018   08:14 Diperbarui: 19 April 2018   17:34 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya hierakhi dalam organisasi sangat baik dalam mengumpulkan usaha, koordinasi kegiatan dari banyak orang dengan variasi peran yang sangat luas, akan tetapi tidaklah sangat baik dalam memotong usaha, memberi inspirasi orang pergi diatas dan diluar.

Too much exhortation/desakan, too little purpose.

Sering tidak disadari bahwa ketika CEO mendesak dan cenderung memaksakan agar karyawan memberikan bakat, kontribusi, inspirasi yang terbaik bagi perusahaan, bahkan memerintahkan karyawan untuk mencintai pelanggan, maka yang terjadi adalah hanya kapabilitas karyawan diatas kertas dan bukan yang sesungguhnya, dan relatif tidak langgeng. Anda tidak mendapatkan moral kerja yang baik dari karyawan dan inilah akan menjadi hambatan signfikan untuk mendorong inovasi manajemen dalam perusahaan.

C. SISTEM MANAJEMEN SEKARANG.

Indonesia sebagai salah satu pemain dalam MEA harus mampu menjawab dua pertanyaan dasar,yaitu siapkah Indonesia menghadapi MEA yang efektif dimulai 31 Desember 2015 ?. Kemudian, langkah-langkah apa yang harus dilakukan Indonesia agar bisa menjadi salah satu negera yang unggul dalam MEA ? atau bahkan pertayaan yang lebih tegas lagi, stategi apa yang harus dilakukan Indonesia agar menjadi unggul di bandingkan dengan dengan negara lain dalam Masyarakat Ekonomi Asean ?

Pertanyaan ini sangat sederhana, tetapi sesungguhnya jawabannya tidaklah mudah, karena menyentuh langsung hal yang sangat mendasar-fundamental tentang Indonesia secara holistik dan jangka panjang. Walaupun demikian, untuk memahami bagaimana sistem manajemen yang ada sekarang di Indonesia, baik sektor publik dan terutama sektor bisnis, perlu dilihat beberapa indikator empiris yang ada saat ini.


Bila diamati semua publikasi di media yang ada sungguh memprikatinkan. Menilai bahwa Indonesia belum siap untuk mengahadapi MEA. Bahkan terkesan ada kecemasan dikalangan pelaku MEA itu sendri. Ini memprihatinkan, karena kesempatan yang ada selama ini mulai dari tahun 1990 ketika MEA disepakati, harusnya Indonesia mempunyai waktu yang lebih dari cukup untuk mempersiakan diri. 

Hasil survey yang dilakukan di lima kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Makasar dan Pontianak, menunjukkan bawa pemangku kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah,  akademisi, maupun masyrakat masih rendah pemahamannya dan pengetahuannya terhadap MEA. Ini tentu sebuah ironis, karena negara-negara lain di Asean sudah secara intens menyiapkan diri menyongsong MEA sementara Indonesia malah sebagian besar rakyatnya belum mengetahui apa itu MEA.

Kuncinya adalah terletak pada sistem manajemen yang diterapkan di Indonesia baik disektor publi maupun area bisnis. Harus difahami bahwa, ada banyak hal yang dilakukan untuk persiapan tetapi nampaknya persiapan itu tidak "menyatu" dan mempersatukan semua sumberdaya yang dimiliki untuk menyiapkan diri menghadapi MEA itu sendiri. Ini berarti, kenyataan yang ada adalah berjalan sendiri-sendiri, lemah didalam koordinasi lapangan, dan miskin dalam evelausi dan koreksi untuk meluruskan semua jalan. 

Ada banyak strategi yang dipilih, tetapi terkesan hanya diatas kertas saja. Tidak ada yang sungguh-sungguh mengawal operasional dilapangan dan melakukan perbaikan bila terjadi penyimpangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa faktor yang menjadi aspek kunci tentang kesiapan Indonesia menghadapi MEA. Seperti kualitas SDM, infrastruktur, undang-undang dan berbagai instrumen perundang-undangan, regulasi perdagangan,  bisnis dan investasi.

Kenyataan yang ada  dapat digambarkan dengan sederhana. Saat komitmen dibuat dan ditandatangani selalu dilandasi keyakinan tentang kesiapan kita untuk bersaing dengan mitra ekonomi tersebut. Namun, saat waktu pelaksanaan sudah dekat, hampir selalu kecemasan dan ketergesa-gesaan yang muncul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun