Mohon tunggu...
ARSaleh
ARSaleh Mohon Tunggu... Pensiunan ASN

Pensiunan ASN, hobi menulis cerpen/novel/opini. Terkadang menulis ilmu pengetahuan. Mohon maaf, belakangan ini saya tidak konsisten mengunggah Cerbung saya karena sistemnya sering error, katanya karena padatnya traffic. Jadi bukan saya sengaja terlambat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Pustakawan - Bagian 21, 22, dan 23

19 September 2025   05:45 Diperbarui: 19 September 2025   05:49 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim kami---yang hanya empat orang---tiba-tiba jadi seperti konsultan lintas wilayah.
Kami sibuk. Kami bangga. Tapi aku tahu: kebanggaan bisa melumpuhkan kalau tak dikelola.

Maka aku ambil satu keputusan penting:
kami harus bergiliran. Tidak semua boleh keluar di saat yang sama.

"Setiap misi pendampingan harus menyisakan setidaknya satu orang di rumah. Sistem utama kita tetap harus dijaga. Jangan sampai kita bantu orang lain, tapi rumah sendiri terbengkalai."

Tim setuju.
Kami buat jadwal rotasi.
Kadang aku yang tinggal, kadang Firman, kadang Adang atau Agus.
Kami saling gantian jadi "penjaga rumah."

Dan memang terbukti penting.
Sistem utama kami terus berkembang. Kami sempat menambahkan fitur baru, mengatasi bug, dan mengatur sistem backup.
Tanpa manajemen seperti itu, mungkin sistem kami akan rusak justru saat orang-orang mulai percaya padanya.

Bahkan saat tim lain sedang mendampingi mitra, mereka tetap terhubung lewat pesan daring, laporan mingguan, dan dokumentasi.
Kami sadar: sistem ini bukan soal perangkat lunak saja, tapi tentang kepercayaan. Dan kepercayaan harus dirawat.

Aku senang melihat sistem kami hidup di tempat-tempat lain. Tapi aku lebih lega karena kami tidak lupa menjaga akar---tempat sistem ini lahir, tumbuh, dan diuji pertama kali.

 

Bab 23: Nama yang Mulai Disebut

Sistem kami tak pernah jadi sistem nasional.
Kami tak diminta pemerintah untuk menjadikannya platform resmi.
Tapi diam-diam, nama kami mulai beredar di tempat-tempat yang tak pernah kami bayangkan.

UI. UGM. Undip. Bahkan Unhas, Unsri dan Uncen.
Satu demi satu kampus terkemuka mulai mengadopsi sistem kami---bukan karena iklan, tapi karena mereka tahu sistem ini lahir dari medan yang sebenarnya.
Sistem yang dibangun oleh pustakawan, untuk pustakawan.
Sistem yang tidak sempurna, tapi terus diperbaiki oleh tangan-tangan yang mengerti rasa kerja lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun