Cahaya di Langit Timur
Malam itu, bintang Arundhati muncul di langit timur, berpasangan dengan bintang Vasistha --- simbol kesetiaan abadi.
Angin berembus lembut, membawa aroma kenanga dan melati, bunga kesukaan Gayatri.
Dari arah hutan Tarik, seberkas cahaya tampak melintas perlahan, berhenti di atas taman istana.
Dan di bawah cahaya itu, dua bayangan muncul.
"Lihatlah, Raden... Majapahit telah menjadi taman yang luas. Anak dan cucu kita menjaga bumi ini dengan kasih."
Raden Wijaya tersenyum tenang. "Semua itu karena engkau, Gayatri. Karena cinta yang kau tanam tumbuh menjadi akar peradaban."
"Cinta yang kau nyalakan, dan aku jaga." Jawab Gayatri.
Keduanya saling menatap. Tak ada air mata, tak ada penyesalan.
Yang tersisa hanyalah kedamaian. Hasil dari perjuangan panjang dua hati yang memilih pengabdian di atas keinginan.
Raden Wijaya berkata, "Dulu aku berkata, dunia boleh runtuh, tapi ketentuan Hyang Widi belum berakhir. Kini aku tahu, ketentuan Hyang Widi itu adalah kau."
Gayatri menatap langit, tersenyum. "Dan aku tahu, tak ada kerajaan yang abadi. Kecuali kerajaan cinta di hati manusia."
Warisan Waktu
Seiring waktu, kisah mereka menjadi kidung, dituturkan dari generasi ke generasi.
Para pujangga menulis nama mereka dalam naskah-naskah kuno:
Raden Wijaya, sang pembangun dunia.
Gayatri Rajapatni, sang cahaya kebijaksanaan.