Di Bawah Pohon Sawo Kecik
Tahun-tahun berlalu.
Majapahit tumbuh menjadi kerajaan besar.
Namun Raden Wijaya sering menyelinap dari keraton menuju taman belakang, tempat pohon sawo kecik kini tumbuh tinggi dan berbuah.
Di bawah pohon itu, ia duduk bersama Gayatri yang menenun kain sutra lembut.
Keduanya jarang bicara, tapi setiap kata yang tak terucap seolah mengalir lewat udara di antara mereka.
"Dulu kita bertemu di tepi sungai," kata Wijaya suatu sore.
"Airnya jernih seperti matamu waktu itu."
Gayatri tersenyum, menatap daun-daun yang berguguran.
"Dan kini sungai itu mengalir ke Majapahit, membawa kisah kita di dalamnya."
Wijaya menatapnya lama, lalu berkata pelan,
"Bila kelak aku tiada, tolong jaga kerajaan ini. Jaga anak-anakku."
Gayatri menggenggam tangannya.
"Majapahit lahir dari cinta kita, Raden. Ia akan hidup selama cinta itu tak pudar."
Setelah Raden Wijaya wafat
Ketika akhirnya Raden Wijaya wafat, rakyat Majapahit berduka selama tujuh hari tujuh malam.
Namun di antara mereka, hanya satu sosok yang duduk diam di taman belakang, di bawah pohon sawo kecik --- Gayatri Rajapatni.
Ia menatap bintang Arundhati yang bersinar di langit malam, seperti malam ketika mereka berjanji di tepi sungai bertahun-tahun lalu.
"Selamat beristirahat, Raden," bisiknya.
"Cintamu telah menjadi negeri."