Kael mendekat ke mulut gua, siaga. Tapi yang ia lihat bukan musuh.
Itu Javan---penyihir bertopeng dari Ordo Cahaya. Tapi kini ia datang sendirian, tanpa jubah resmi.
"Kael. Aku tak datang untuk melawanmu."
Kael tak menjawab. Matanya masih ungu, memantulkan cahaya dingin dari sisa api sihirnya.
> "Aku pernah percaya pada Ordo. Tapi setelah melihat sihirmu tadi... aku sadar, ada sesuatu yang mereka sembunyikan."
"Lalu kenapa kau datang?" suara Kael datar.
 "Aku ingin tahu. Tentang sihir yang tak terdaftar. Tentang Lorven. Tentang kamu."
Kael tak segera menjawab. Tapi malam itu, untuk pertama kalinya sejak diusir, ia membuka sebagian kebenaran kepada orang lain.
Ia memperlihatkan sihir tanpa bayangan.
Javan, yang selama hidupnya hanya belajar sihir terang, melihat sesuatu yang tak bisa ia jelaskan: sebuah mantra yang tak meninggalkan cahaya, tak menciptakan bayangan, tapi membuat kenyataan bergetar.
Di luar gua, ketiga bulan kembali muncul di langit. Tapi malam ini, yang merah tampak lebih besar.