Di hari ulang tahun Maia, Ozzy membawanya ke bulan. Maia belum pernah ke sana sebelumnya. Selama dua puluh lima tahun hidupnya, dia telah melihat bulan bersinar di langit, wajah Manusia di bulan yang bercak-bercak kota-kota yang telah dibangun sejak lama.
Tentu saja ada gambar-gambar dari dunia yang tandus, ketika langit hanya bersinar putih terang karena cahaya matahari.
Maia tidak pernah tahu gelapnya bulan baru. Saat bulan tersebut tiba, cahaya neon menyinari permukaan bulan dalam pemandangan pelangi. Di atas sana, lampunya tidak pernah padam.
"Percayalah, kamu akan senang berada di sana," kata Ozzy. "Kamu mungkin tidak ingin pulang."
Mereka berangkat menumpang wahana dengan jendela tertutup. Ozzy menyewa taksi luar angkasa pribadi, hanya mereka berdua dan pilotnya.
Lagu-lagu David  Bowie lama mengalir dari radio di helm mereka.
Terikat di kursinya, Maia merasakan isi dalam perutnyamelayang hingga ke tenggorokan, menandakan mereka berada dalam gaya gravitasi nol.
"Kamu membawa semua pacarmu ke bulan?" Maia bertanya manja.
"Hanya yang serius." Ozzy mengedipkan mata.
Maia tidak ingat kapan Ozzy pertama kali menyatakan akan mengajaknya bulan. Ibu kota bulan, Serenitatis, nerada paling dekat dengan pemandangan Bumi, tempat liburan yang dulunya glamor dan penuh kemewahan. Nenek Maia mengatakan kepadanya bahwa pergi ke sana adalah suatu kemewahan ketika dia masih muda.