Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bayangan di Bulan

19 Agustus 2025   10:10 Diperbarui: 19 Agustus 2025   10:07 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Di hari ulang tahun Maia, Ozzy membawanya ke bulan. Maia belum pernah ke sana sebelumnya. Selama dua puluh lima tahun hidupnya, dia telah melihat bulan bersinar di langit, wajah Manusia di bulan yang bercak-bercak kota-kota yang telah dibangun sejak lama.

Tentu saja ada gambar-gambar dari dunia yang tandus, ketika langit hanya bersinar putih terang karena cahaya matahari.

Maia tidak pernah tahu gelapnya bulan baru. Saat bulan tersebut tiba, cahaya neon menyinari permukaan bulan dalam pemandangan pelangi. Di atas sana, lampunya tidak pernah padam.

"Percayalah, kamu akan senang berada di sana," kata Ozzy. "Kamu mungkin tidak ingin pulang."

Mereka berangkat menumpang wahana dengan jendela tertutup. Ozzy menyewa taksi luar angkasa pribadi, hanya mereka berdua dan pilotnya.

Lagu-lagu David  Bowie lama mengalir dari radio di helm mereka.

Terikat di kursinya, Maia merasakan isi dalam perutnyamelayang hingga ke tenggorokan, menandakan mereka berada dalam gaya gravitasi nol.

"Kamu membawa semua pacarmu ke bulan?" Maia bertanya manja.

"Hanya yang serius." Ozzy mengedipkan mata.

Maia tidak ingat kapan Ozzy pertama kali menyatakan akan mengajaknya bulan. Ibu kota bulan, Serenitatis, nerada paling dekat dengan pemandangan Bumi, tempat liburan yang dulunya glamor dan penuh kemewahan. Nenek Maia mengatakan kepadanya bahwa pergi ke sana adalah suatu kemewahan ketika dia masih muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun