Mohon tunggu...
Siti LailatulMaghfiroh
Siti LailatulMaghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Early Chilhood Enthusiast

Sedang belajar mencintai menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Transformation

30 Desember 2020   17:16 Diperbarui: 30 Desember 2020   17:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest: Mixcloud

Bau harum coklat menguar diudara bercampur dengan harum vanilla yang menggugah selera. Seorang gadis berambut hitam legam terlihat sibuk dengan adonan kuenya. Wangi coklat dan vanilla yang mulai tercium menandakan bahwa kuenya hampir matang. Satu loyang lagi dan adonan kuenya akan habis. Tingg. Suara oven terdengar, menandakan bahwa kue tersebut telah matang. Dengan senyum lebar gadis itu mengeluarkan kue tersebut dan menaruhnya diatas sebuah piring. Menaburkan gula halus dan memberi hiasan beberapa lembar daun mint dan beberapa butir raspberry. Gadis itu berlari menuju ruang kerja ayahnya dan mulai mengetuk pintu. 

Tok Tok Tok.

"ayah...."

Tok Tok Tok.

"ayah..., ayo keluar aku membuat kue dengan resep baru. Apakah ayah tidak mau mencobanya?" 

"ya sayang, sebentar lagi ayah selesai tunggu sebentar ya.." ucap ayah gadis itu dari dalam ruang kerjanya

"ayah apa aku boleh masuk?" 

"tentu, masuklah"

Ceklekk 

Gadis itu membuka pintu dan tampaklah ayahnya sedang berkutat dengan penemuan barunya. Ya ayah gadis itu adalah Albar Ananda Wilson. Seorang ilmuwan berdarah Indonesia dan Jerman. Seorang ilmuwan yang terkenal di seluruh dunia. Dan gadis berambut hitam itu adalah putri ilmuwan tersebut. Gadis itu bernama Grey Olivia Wilson. Dia juga memiliki darah campuran Indonesia, Jerman, dan Australia. Darah Australia diturunkan dari sang ibu yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

"bagaimana ayah? Apakah sudah selesai?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun