"Kok Ibu tak tidur bersama Bapak? Ibu marah lagi dengan Bapak?" ranya Dika.
Â
Ibu menggelengkan kepala. "Malam ini panas sekali. Lebih nyaman tidur bersamamu di ruang ini."
Â
Tak berapa lama Dika dan Ibu pun terlelap. Menjelang jam dua dini hari, Ibu terbangun. Ia memfokuskan pandangan. Bapak sedang duduk menghadap kipas angin. Bahkan, ia hanya menggunakan kaus oblong putih yang tipis.
Â
"Pak, jangan angin-anginan seperti itu! Nanti batuk Bapak kambuh lagi," ujar Ibu.
Â
Bapak pun menoleh. Lehernya bisa berputar 180 derajat. Ia tersenyum menyeringai.
Â
"Dik, Dika! Bangun!" seru Ibu ketakutan. Ia mengguncang-guncangkan lengan kanan Dika. Tapi Dika malah bergumam dan menepis tangan Ibu. Oleh karena itu, Ibu memijit hidung Dika yang langsung bangun seketika.