Â
Ketika Ibu melangkah ke ruang tamu, ia berpapasan dengan Bapak yang asli. Ia pun mendesah. Sudah tak heran lagi. Â Â Â Â
Â
"Obat sembelitnya di atas tempat tidur," ujar Ibu untuk ketiga kalinya. Ia menatap wajah suaminya dengan seksama. Bahkan, ia menscan suaminya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Benarkah manusia?
Â
"Oh ya, terimakasih banyak. Mengapa kau melihatku seperti itu? Ada yang salah?"
Â
"Memangnya tak boleh? Kau kan suamiku," seru Ibu ketus. Ia agak gusar dengan suaminya yang tak peka kegundahan dirinya. Jika suaminya tak berulah, mereka sekeluarga tak akan pindah ke sini. Dan ia pun tak akan diganggu qarin yang menyerupai suaminya terus-menerus.
***
Kipas angin menderu. Malam ini Ibu tidur berdua dengan Dika di ruang tamu yang merupakan ruang tidur Dika.
Â