Ibu pun terperangah. "Denis, ini benar-benar kau?" Bahkan, ia mengusap wajah suaminya. "Bukankah tadi kau muntah darah dan sekarat?"
Â
 Bapak menepis tangan istrinya dengan kasar. "Kau bicara omong kosong apa? Kau ingin aku sekarat dan lekas mati agar kau bisa menjadi janda dan menikah lagi? Dasar perempuan pikun tak tahu diri!"
Â
 Dengan hentakan kaki sekeras mungkin, Bapak pun berlalu sembari membawa ember hijaunya. Ibu pun hanya terpana, memandang punggung Bapak yang menjauh.
***
 "Begitulah kejadian-kejadian mistis yang menimpa Ibu. Kau percaya perkataan Ibu?"
Â
 Aku menganggukkan kepala. "Dulu aku tak percaya takhayul dan roh halus. Tapi sejak mengalami kejadian-kejadian janggal di sini, aku percaya adanya dunia lain."
Â
 "Ibu sungguh-sungguh ingin kita pindah sesegera mungkin dari rumah gadai ini. Qarin yang menyerupai Bapak, membuat perasaan Ibu tak enak."      Â