Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024). Fokus cerpen dan story telling. Skill business analyst, SMEs, green productivity, and sustainability. Kolaborasi, kontak ke wiryawansisca@gmail.com yang ingin dianalisis laporan keuangan, dll e-mail saja bahan2nya.dah biasa kerja remote. trims bnyk

Selanjutnya

Tutup

Horor

Misteri Caraka, Bab 5, Sayonara

8 April 2025   09:09 Diperbarui: 8 April 2025   09:09 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamid. Sumber: pixabay.

"Beri aku waktu."

Hamid mendesah. "Selalu seperti itu. Kau selalu mengelak." Ia pun menangkup wajah Rani. Matanya berbinar mesra. Kemudian, ia mengulum bibir Rani hingga mereka berdua kehabisan napas.

Rani merasa ciuman itu begitu lama berakhir hingga dunianya terasa berputar-putar. Ia merasa otaknya berhenti bekerja. Macet karena sebuah ciuman panjang!

"Mengapa kau menciumku?" bisik Rani. Pipinya semerah stroberi matang hingga membuat tangan Hamid gemas untuk menjawilnya.

"Karena kau menggodaku. Bibirmu yang manis, mengundangku," ujar Hamid dengan suara separau burung gagak. Ia sulit mengendalikan dirinya jika bertemu Rani. Sebesar itulah pengaruh diri seorang gadis yang melankolis ini pada dirinya yang sebenarnya dingin. Ia pun kembali mencium Rani hingga gadis itu mendesah. Lalu, ia memeluknya kuat-kuat. Apa lagi caranya untuk meyakinkan gadis keras kepala ini bahwa dirinyalah yang merupakan soulmate, bukan Asep atau pria sialan mana pun. Peduli setan dengan mereka. Rani hanya miliknya.

Aroma tubuh Hamid menguar. Bau nikotin bercampur keringat. Rani mendesah ketika Hamid mendekapnya erat-erat sembari membisikkan rayuan gombal. "Kau mau tidak jadi istriku? Tapi istri tentara harus siap hidup susah. Nggak kuat aku membiayai gaya hidupmu yang sekarang."

"Gaya hidup apa? Biasa saja."

"Makanan di rumah keluargamu kan enak-enak. Mana sanggup aku memberimu makanan mewah. Paling banter telur, tahu tempe, sayur, dan kadang-kadang ayam. Bagaimana? Mau tidak menjalin hubungan serius denganku?"

"Lalu, bagaimana dengan ibumu? Bukankah kau sendiri yang bilang ibumu sudah menyediakan calon menantu yang ia sukai?"

Hamid menggerutu. "Perlu banget ya kau mengingatkanku mengenai perempuan itu saat kita sedang romantis seperti ini. Aku tak terlampau menyukainya."

"Si sensitif..." Bibir Rani mengerucut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun