Dia mengajakku ke kantin. Ibunya sedang sibuk menyiapkan pesanan siswa lain.
Wati menyalakan kompor kecil, lalu memasak mie goreng untukku.
> "Buku ini aku pinjem, ya?" katanya sambil tersenyum, memegang buku yang kubawa.
"Iya..." jawabku pelan.
(Dalam hati: supaya besok aku bisa punya alasan datang lagi.)
Kami makan mie di sudut kantin, berbagi cerita kecil di sela tawa malu-malu.
Aku tak ingat rasanya seperti apa --- yang kuingat hanya detak jantungku sendiri dan bayangan Wati yang menunduk membaca buku pinjamanku.
---
Sebulan kemudian, aku datang lagi.
Tapi suasananya tak sama.
Pesan-pesannya mulai jarang, jawabannya pendek, atau malah tak dibalas sama sekali.