Sebuah puisi kutuliskan untukmu
Untuk mewakilkan rasa terima kasihku
Atas jasa dan pengorbananmu
Yang tiada terkira sampai kapanpun itu
Beban dipundakmu, rasanya makin berat
Tanggungan sebagai kepala keluarga terus bertambah dan menjerat
Padahal tulangmu yang dulu kokoh kini berjalan saja mulai melambat
Tapi demi sebuah tanggung jawab, semua takkan jadi penghambat
Ayah, tiada terkira apa yang telah kau berikan
Tiada terhitung pengorbanan yang kau lakukan
Tiada bosan berusaha untuk keluarga kebanggaan
Dan tiada hentinya keringatmu menetes agar kami bisa makan
Ayah, jikalau boleh berkata jujur
Aku yakin pasti engkau akan mengatakan 'sudah lelah' dengan semua ini
Sudah capek dengan derita ini, dan bahkan kaki mulai bosan menapaki langkah yang tiap hari dilewati
Tapi, engkau tetap terlihat kuat tanpa mengeluh dan berkecil hati
Engkau tak sedikitpun niat untuk menyerah
Saat arus kehidupan kian menjarah
Ayah, jasamu takkan bisa kutuang dalam puisi saja
Pengorbananmu tak mungkin bisa kutuliskan lewat kata-kata semata
Kasih dan sayangmu pada kami bukan perkara terucap atau tidaknya
Bukan perkara banyaknya nasehat yang diberikan juga
Tapi ini soal dukungan dan motivasi serta doa yang tiada habisnya
Hingga kami yang engkau banggakan dewasa bahkan hingga berkeluarga
Ayah
Lewat celotehan tangan yang berupa puisi ini
Semoga bisa menyampaikan rasa terimakasih selama ini
Sehat selalu untuk ayah, agar duniaku baik-baik saja
Kota Tangerang Selatan, Banten 12 Juni 2025 (republish)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI