Dalam setiap senyumnya, tersimpan cahaya yang tak pernah pudar. Seperti firman Allah yang berbicara tentang cinta, rahmat, dan keindahan yang tersembu
Bunga viola, mungil nan menawan, bak perempuan jelita. Ungu lembut, kuning cerah, putih suci, merah menyala... Pesonanya memikat jiwa.
Temukan kekuatanmu, jangan menyerah. Terobos aja sampai waktunya tiba.
Tubuhmu itu adalah bumi, tapi mengapa engkau menahan setetes embun jatuh dari kedua kelopak matamu? Jika angin yang membawa mendung, mengapa mulutmu
Tergerak hatiku ketika engkau tak bisa bersikap adil dalam kesetaraan
Seringkali langkahku terhenti, Dihadapkan pada jurang yang dalam.
Teringat akan kenangan kitaMakan dan bermain bersamaMelakukan hal yang kita sukaTidak terpikir akan kendalaDi tengah wabah kala ituAku berpisah
Itulah waktu, bukan detik, bukan detak, melainkan kesadaran yang membangunkan
Katanya engkau di ujung ambara sanaMenciptakan sebuah cerita bertemakan manusiaBerawal dari kisah Adam
Dalam Kesendirian, Ada KekuatanKetika semua orang perlahan menjauh
Di sudut rumah tua berdinding bambu, Di samping lemari kayu, di lincak engkau duduk
Wahai......., Ayahku Engkau adalah belahan ibuku Kagumku adalah engkau sosok pelitaku Engkau adalah sakrar bagiku
Engkau memutuskan urat malu mu hanya untuk terlihat luar biasa di hadapan orang kain
Engkau menghipnotis pikiran seseorang Engkau menampakkan seolah-olah terlihat hatimu berebut sebagai Sutra
Andai tahu engkau akan menjauh, setidaknya aku bisa menemanimu lebih lama, menghabiskan detik demi detik kebersamaan yang tak akan bisa diulangi.
*Kereta Senja*Kudengar deru mesin di kejauhan Engkau datang membawa harapan Rintik hujan mengiringi perjalanan Embun di
Selimut Dari Kulit Kambing.Ini adalah sebuah metafora dari kelahiranmu Wahai, putri dari paras yang bersinarMengikuti matahari hangat yang terbit
Langit Kota Malang yang kian terasa sepiKetika kita berpisah untuk melanjutkan jalan yang berbedaKenangan pernah bersamaKita duduk, bercanda
Ibu, lautan kasih tak bertepi, Dermaga hati yang selalu menanti.