Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bertemu (Kembali)

30 Maret 2022   20:11 Diperbarui: 30 Maret 2022   20:55 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semakin mendekati meja Aslam melihat tukang bakso itu terbaring di atas meja panjang. Selain dirinya yang lain hanya tertawa dan berbincang seperti tak menghiraukan si tukang bakso. Kepala Aslam kembali terasa berdenyut dan pusing. Ia mulai menyadari kalau orang lain tak melihat apa yang ia lihat. Dengan kesadaran itu ia tidak bertindak apa-apa berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Aslam merasakan sakit kepalanya semakin parah.

Pandangannya kabur dan buram, lalu gelap. Mas, jadi mau bayar nggak? Seketika Aslam tersadar oleh suara tukang bakso yang menagih uang yang belum ia bayar. Di trotoar pinggir jalan ia memegang berkas lamaran pekerjaan. Ia merogoh saku celananya, berusaha mengeluarkan uang. Tiba-tiba pergelangan tangannya terasa tertekan ikatan yang membuatnya sakit. Saat ia membuka mata dua orang dikiri-kanannya sedang berusaha mengikat tangannya.

Hei..hei apa-apaan ini lepaskan aku.  Aslam mencoba berontak tapi ternyata ke dua tangannya berhasil diikat. Tali itu menarik tangannya ke atas hingga tubuhnya menggantung apa-apaan kalian. Lepaskan. apa yang kalian inginkan dariku. Lepaskan aku! Aslam meronta Tolong.. tolong saya. Seorang laki-laki bertubuh gempal membawa parang runcing. Aslam semakin ketakutan. Terkejut sekaligus heran dengan apa yang terjadi kepadanya.

Ia sangat berharap yang ia alami tidaklah nyata. Lelaki itu berjalan semakin dekat dengan tubuhnya kemudian mendongak ke wajah Aslam. Perasaan Aslam semakin tak karuan. Tubuhnya dingin berkeringat. Menengok ke belakang beberapa orang yang semobil dengannya sedang minum bir sambil bincang-bincang seolah tak melihat yang terjadi padanya. Aslam semakin panik. Parang itu di tempelkan ke tubuhnya oleh lelaki itu.

Lalu digesek-gesek seperti sedang mengasah ketajamannya. Aslam ketakutan tubuhnya bergetar, parang itu di dadanya hampir menggores lehernya. Ia pun pasrah dan meminta ampun pada tuhannya dalam hati. Ia memejamkan mata. Mencoba pasrah jika hari ini adalah kematiannya. Ia memejamkan mata sambil menghela nafas. Cahaya putih menyilaukannya.

Bapak tua muncul di hadapannya dengan wajah yang cerah, menengok ke arahnya lalu tersenyum.  Aslam kaget. Ia membuka matanya kembali dan dengan jelas begitu cepat melihat lelaki bertubuh gempal itu sedang mengayunkan parang ke lehernya. Ia kaget juga takut seketika memejamkan matanya.

Sekitar lima detik ia memejamkan mata dan menunggu rasa sakit tebasan parang yang jelas ia lihat menuju ke lehernya. Namun tidak ada rasa sakit sedikitpun Hah.kenapa tidak terasa apa-apa. Ia keheranan lalu membuka matanya perlahan, cahaya ruangan perlahan di lihatnya berbarengan dengan terdengarnya suara-suara beberapa orang sedang membaca ayat al-Qur'an.

Dan benar saja ia melihat beberapa orang di ruangan di dalam rumahnya sedang membaca al-Qur'an mengelilingi tubuh terbaring. Entah tubuh siapa yang berada di tengah-tengah mereka itu, ia tidak tahu. Seseorang  menepuk pundaknya dari belakang. Ternyata bapak tua penjual bakso mengajaknya pergi dari rumahnya yang bergilir orang-orang berdatangan. Dengan pikirannya yang bingung dan hampir kosong Aslam hanya mengikuti arah langkah si penjual bakso.

Intro musik....

 Tersenyum dianya padaku 

Manis, manis, manis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun