Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bertemu (Kembali)

30 Maret 2022   20:11 Diperbarui: 30 Maret 2022   20:55 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aslam masih dalam bayang-bayang keheranannya,pppp bagaimana bisa bapak tua itu tertabrak tapi tak ada. Apa kalian tidak melihatnya? Tanya Aslam. Melihat apa? Kami tidak melihat apa-apa. Ya aku tidak melihatnya. Aku juga tidak melihatnya. Ketiga pria itu menjawab pertanyaan Aslam secara bergantian. Aslam menengok ke jendela melihat ke arah jalan dan trotoar di samping kirinya. Pria yang duduk di hadapannya berbisik ke arah pria satunya yang mengemudi kenapa dia?. Tidak tahu.

Aslam masih gandrung dengan pikiran dan pengelihatannya sendiri. Ia masih berbtanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Aslam memperthatikan dari kejauhan si penjual bakso itu sepertinya kali ini benar-benar ia saksikan di atas trotoar. Mereka bertiga tetap asik dengan lagu yang mereka putar. Aslam meminta agar mobil dihentikan. Berhenti, cepat berhenti. Kenapa lagi sih orang ini. Sahut salah satu dari mereka. Laju mobil dihentikan. Aslam keluar dari mobil dan berjalan menuju si penjual bakso. Dua orang dari mereka mengikuti Aslam khawatir akan pergi kabur. Mereka bertiga seperti tiga orang yang berkejaran.

Si penjual bakso terus berjalan meskipun Aslam memanggilnya. Ia belok ke sebuah gang sempit yang kumuh. Ia berjalan terus mengejar tukang bakso. Aneh memang si tukang bakso tidak berlari tapi Aslam tak kunjung sampai ke dekatnya. Tukang bakso belok ke gang sebelah kiri. Aslam mengikutinya. Juga dua orang di belakangnya. Heii kalian mau ke mana itu gang buntu Teriak seorang warga yang sedang duduk menghisap rokok.

Alangkah senang hatiku 

Bila ku dekat denganmu 

Alangkah senang hatiku 

Sayangku hanya untukmu 

Bunyi radio yang di putar dengan volume keras dari salah satu rumah warga di gang buntu. Aslam kaget tukang bakso tidak ada di hadapannya. Di hadapannya hanya tembok kasar bercoretkan grafity yang entah apa tulisannya. Aslam semakin heran dengan apa yang dilihatnya. Permisi bu apa ada bapak tua penjual bakso? Eemm ia memanggul gerobaknya. Tanya Aslam kepada ibu-ibu yang sedang menyapu serpihan daun dan plastik di halaman rumahnya. Hah? Tidak ada tukang bakso di sini. Jawab ibu-ibu itu. Mereka bertiga kembali ke jalan raya dan masuk ke mobil. Lama banget, ngapain si?  Tanya lelaki yang menunggu di mobil. Dia nyariin tukang bakso, padahal sama sekali tidak ada tukang bakso dari tadi. Jawab salah seorang laki-laki yang mengikuti Aslam. Sambil berbisik salah seorang dari ke tiga laki-laki tak di kenal itu berakata sudahlah jangan berhenti-berhenti lagi, ga sampe-sampe nanti.

 

 

Entah mengapa di dalam kepala Aslam yang mulai merasa pening itu hanya memikirkan bapak tua si penjual bakso. Bahkan ia sampai sama sekali tidak memikirkan akan dibawa ke mana oleh ketiga orang yang tak dikenalnya itu. Untuk menjalankan rencananya ke tiga orang tersebut tidak ingin mengambil risiko lagi. Diberikannya sebuah segelas minuman dan dengan cepat Aslam meminumnya. Ia terlihat sangat haus. Tidak lama kemudian Aslam merasakan sensasi kantuk kemudian ia tertidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun