Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bertemu (Kembali)

30 Maret 2022   20:11 Diperbarui: 30 Maret 2022   20:55 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aslam bermimpi lagi-lagi dalam mimipinya ia bertemsu si tukang bakso itu lagi. Ia melihat si tukang bakso itu sedang berbincang dengan seseorang ia jaman sekarang kejahatan apa saja bisa terjadi untuk mendapatkan uang. Ungkap si tukang bakso. Tukang bakso itu terlihat lebih muda dari yang ia lihat sebelumnya. Ia menyapa Aslam seperti tidak mengenal. Aslam mengikuti tukang bakso itu mau beli mas? Tanya si tukang bakso kepada Aslam  Tidak pak saya ...mmm nama bapak siapa? Aslam penasaran dengan sosok lawan bicaranya.

Nama saya Suryo, mas. Ohh iya pak Suryo apakah kita pernah bertemu sebelum hari ini pak? Saya rasa saya pernah membeli bakso bapak dan lupa membayar. Jawab Aslam dengan rasa bersalahnya. Bapak itu menampakkan raut mengingat-ingat. Nggak inget saya mas, mungkin memang pernah tapi saya wess lalii. Jawab bapak itu. Udah mas gapapa saya ikhlas saya juga nggak engeh, kalo saya inget pasti saya mau menerimanya. Lanjut si bapak.

Si penjual bakso itu langsung beranjak dan meninggalkan Aslam yang terdiam masih menyimak dan merasakan pusing di kepalanya. Ia tertinggal oleh si bapak. Ia coba menyusulnya. Tukang bakso itu menyebrang jalan, mobil berwarna hitam mengerem dan berhenti mempersilakan si tukang bakso lewat. Tiba-tiba motor melaju kencang dan menyerempet si tukang  bakso hingga ke duanya terjatuh. Gerobak yang dipikul sedikit terpental dan berhenti dengan posisi tetap berdiri.

Si bapak penjual bakso itu terkulai di jalan. Terlihat beberapa orang menghentikan kendaraannya dan menghampiri tukang bakso itu. Pengendara motor yang menyerempet tukang bakso itu beranjak bangun dan menyalakan motornya lalu pergi. Beberapa orang meneriakinya, menuntut tanggungjawab. Aslam bergegas menghampiri. Sementara di belakang Aslam dua laki-laki satu mobil dengannya mengejar Aslam, salah satunya membawa kayu balok.

Aslam semakin dekat dan melihat si bapak dibopng dua orang laki-laki yang salah satunya ia ketahui adalah laki-laki pengemudi mobil yang ia tumpangi. Tenang-tenang pak saya kenal dengan bapak ini, saya akan membawanya ke rumah sakit yang dekat dari sini. Ucap salah satu dari kedua laki-laki itu ke pada salah seorang warga yang berkerumun. Tiba-tiba buukk... punggung dan kepala belakang Aslam dihantam balok sekaligus.

Seketika hanya cahaya putih yang Aslam lihat dan perlahan redup mengilang. Kedua lelaki di belakang Aslam langsung membopongnya dan membawanya masuk ke mobil. Kalau didiemin nanti orang ini makin aneh-aneh. Ucap salah satu dari ke tiga laki-laki yang mengajak Aslam itu. Bang, saya takut. Ucap salah satu yang lainnya. Takut kenapa? Kau kan sudah lama kerja begini. Masih takut saja. Jawab seseorang yang lain. Itu bang, dua tahun aku pernah mengirim seorang penjual bakso.

Dan dari tadi dia ini kan ngelantur soal tukang bakso. Saya curiga tukang bakso itu....Husshhh masih saja percaya begituan ya. Selak seseoarang yang dituakan diantara mereka.

Mereka sampai di sebuah daerah yang agak gersang dan terlihat banyak tumpukan batu. Di sudut yang lainnya terlihat tumpukan batu hitam. Terlihat bukit bertanah abu-abu gelap juga. Di beberapa sudut juga terlihat lubang galian yang cukup besar. Sepertinya itu adalah tempat penambangan. Tapi anehnya tidak terlihat banyak truk yang berlalulalang. Alat berat juga hanya bebebrapa, hanya dua. Aslam dipandu turun dari mobil dengan tatapan yang kosong.

Ia merasa seperti baru saja melalui pristiwa yang tak disangka-sangka. Di dalam pikirannya selalu terlintas nasib si kakek yang ia lihat tertabrak mobil. Saat mengingat apa yang ia saksikan tadi, kepalanya mendadak pusing. Ia menggelengkan kepalanya menggeleng mencoba meningkatkan kesadarannya.

Apakah aku akan bekerja untuk penambangan? Tapi kenapa sepi sekali di sini? Keheranannya melihat situasi yang ada di hadapannya. Jiwanya seakan dibawa ke suasana kesepian dan rasa duka terasa memasuki dadanya melalui angin-angin yang menyenggoli tubuhnya, tetapi entah atas dasar apa rasa duka ini muncul dalam hatinya. Tanpa disadarinya ia sampai di sebuah ruangan luas. Seperti gudang. Beberapa orang sedang merokok duduk di kursi menghadap meja.

Mereka pun melihat kedatangan Aslam dan yang lainnya. Perlahan Aslam menghirup udara yang tak sedap baunya. Serupa dengan bau bangkai tikus yang pernah diciumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun