"Aku percoyo karo kowe, Man. Maturnuwun ya"(aku percaya sama kamu, Man. Terimakasih ya), kata Saritem, "Lemah teles-Gusti Allah sing Mbales"
"Podo-podo, Yu"(sama-sama, yu), balas Tarman
Dirasa cukup, Tarman menghidupkan truk untuk dibawa ke arah barat. Mesin besar menyala, sungguh berisik. Orang-orang menyingkir. Murtiah pamit pada Saritem berbungkus ucap terimakasih. Perjalanan panjang tanpa ujung akan ditempuh Murtiah. Ia tidak tahu arah takdirnya. Yang pasti, meninggalkan tanah kelahiran merupakan cara agar hidupnya tidak dijadikan mainan setan-setan politik. Berputarlah roda besar. Bodynya bergetar mantap. Kepulan asap hitam bergumpal- gumpal tertinggal dibelakang. Saritem belum beranjak dari posisinya. Ia masih menatap benda kapitalis itu sebelum hilang ditanah kaum proletar.[selesai]