Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerlip Kunang-Kunang di Cabean Kunti

28 Januari 2022   15:21 Diperbarui: 28 Januari 2022   15:30 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Picarts

Sore itu menjadi momentum terakhir melihat bapak. Tubuh bapak menghilang diseret dengan posisi kepala menggaruk tanah. Manusia-manusia itu merasa menang.

Seminggu setelahnya Murtiah mengalami nasib serupa. Dijemput tentara, di interogasi, dipaksa mengaku anggota Lekra(Lembaga Kebudayaan Rakyat). Bagaimana bisa? Awalnya Murtiah kenal dengan seorang guru tari. 

Dari situlah ia berhubungan dengan guru tersebut yang ternyata anggota Lekra-anak organisahsi PKI. Padahal dirinya hanya ingin nguri-nguri budaya Jawa dengan cara ikut melatih bocah-bocah menari.

Masa itu kadang sentimen pribadi bisa dijadikan alasan buat menyingkirkan seseorang tanpa kesalahan atau bukti yang cukup.

Malam kian larut, hembusan udara dingin membuat tubuhnya menggigil. Suara binatang malam menambah suasana tambah mencekam.

Derak ranting serta dedaunan susul menyusul ditingkahi rintik hujan. Gadis tujuhbelas tahun itu berlindung dibawah pohon besar. Matanya semakin terbiasa dengan tempat itu. Beberapa ekor kunang-kunang berputar-putar, mencoba menemani kegelisahannya. 

Perutnya lapar, tapi tak ada makanan. Akhirnya ia merayap pelan menuju kolam guna menyeruput air. Beberapa tegukan berhasil memenuhi lambung. Pohon  berbatang besar menjadi benteng kenyamanannya. 

Tangannya mendekap kaki sebagai cara menghangatkan diri. Seekor kunang-kunang berputar-putar diatas kepala, diikuti lainnya. 

Semakin bertambah banyak hingga tubuhnya bermandi cahaya. Indah sekali. Ia belum pernah melihat kunang-kunang sebanyak ini. Seperti sebuah pesta bagi dirinya. Sirna sudah kegelapan.

Menurut cerita simbok, kunang-kunang adalah perwujudan kuku mayat kaum pendosa. Murtiah tidak peduli. Kelelahannya menghanguskan segala aura ketakutan. Matanya meredup. Kepala ia sandarkan sampai lelap menyergap.

                   ***
Suara kecipak memaksa Murtiah mengerjap. Jemarinya mengucek mata. Semilir dingin pagi menampar tubuhnya. Kokok ayam dikejauhan menjerit lantang berkali-kali. Pakaiannya masih lembab akibat siksaan kemarin. Beruntung daya tahan tubuhnya kuat, jadi tidak meriang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun