Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerlip Kunang-Kunang di Cabean Kunti

28 Januari 2022   15:21 Diperbarui: 28 Januari 2022   15:30 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Picarts

"Nami kulo Murtiah. Menawi simbok sinten?"(nama saya Murtiah. Kalau simbok siapa)
"Uwong ndeso kene nyelok aku mbokdhe Saritem"(orang desa sini memanggil saya mbokdhe Saritem). Perempuan yang bernama Saritem itu masih dengan kesibukannya. Semua pakaian sudah dijemur.

"Kamu sungguh berani semalaman di Sumur Pitu. Padahal tempat itu wingit(penuh makhluk astral). Orang sini jarang yang berani sendirian kesana", kata Saritem.

"Memangnya kenapa, mbokdhe?", tanya Murtiah

"Tempat itu sudah ada sebelum mbokdhe lahir. Banyak jin peri perayangan mendiami tempat itu. Melihat bentuknya, merupakan peninggalan jaman dinasti terdahulu. Entah di era siapa, mbokdhe tidak tahu. Fungsinya untuk mengasingkan diri/bertapa. Disitu ada tujuh sendang/sumur", kata Saritem, "Bagaimana kamu bisa kesana, nduk?"

Dari bibir Murtiah keluarlah narasi tentang sebab ia di sendang/sumur Pitu.

"Kamu harus secepatnya keluar dari desa ini", saran Saritem, "Aku ora iso njamin kowe aman neng omah kene"(saya tidak bisa menjamin dirimu aman di rumah ini)

"Kalau saya kembali ke Sendang Pitu bagaimana, mbokdhe?", tanya Murtiah

"Sampai berapa lama? Seminggu? Sebulan? Setahun? Walaupun tempat itu jarang didatangi orang, tapi suatu ketika kamu akan ketahuan"

Suara-suara alam mengiringi perbincangan antara dua perempuan itu. Desau angin November turun dari gunung Merbabu meliuk menyapa penghuninya diseantero lembah. Matahari mengejan, memberi kehangatan buat makhluk Tuhan.

Desa Cabean Kunti telah tiga hari menyembunyikan seorang perempuan dari tragedi pembantaian. Terletak di ketinggian 750 mdpl menjadikan desa itu lumayan terpencil.

"Kota ini sedang membersihkan diri. Siapa saja bisa apes. Tuhan masih melindungimu, nduk"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun