Aku belum siap
Langit sore itu berwarna oranye keemasan. Awan berjalan pelan di atas atap rumah, sementara
angin membawa aroma tanah basah dan suara motor yang sesekali lewat di depan gang. Di
beranda, Raka duduk sendirian, memainkan kunci motor ayahnya yang sudah berkarat di
ujungnya.
Sebulan lagi kelulusan. Semua orang sibuk membicarakan masa depan — kampus, jurusan, citacita.
Tapi Raka? Ia bahkan belum tahu mau ke mana.
“Lo gak daftar kuliah, Ka?” tanya Dimas, sahabatnya, waktu makan siang di kantin.
Raka cuma tertawa kecil. “Kayaknya belum deh. Gak yakin mau ambil apa.”
“Yah, jangan gitu. Semua orang juga awalnya gak yakin. Coba aja dulu.”
Raka tak menjawab. Karena masalahnya bukan “mau coba” atau enggak.