“Tentu saja, aku hanya sengaja memberi kesempatan hidup pada mereka.” jawabku berbohong. Tapi dalam hati aku tahu. Ada sesuatu yang tak beres.
Malamnya, Linda mengangkatku dari sofa. “Aduuuh, kamu kok berat sekali, Ginger.” Ia menimbang dengan dua tangan, lalu mendecak. “Rasanya tak mungkin kamu jadi segemuk ini hanya dengan dua mangkuk sehari.”
Aku pura-pura tidur, tapi jantungku berdetak kencang. Apakah rahasiaku akan terbongkar?
Esoknya, saat aku berusaha menunggu jatah tambahan di rumah Anna, tiba-tiba Linda muncul di pagar. Tatapannya tajam. Aku buru-buru menjilat bulu, pura-pura hanya lewat. Tapi aku tahu, ia sudah curiga.
Malam itu aku mendengar suaranya di handphone.
“Ya, Dok, jadi Ginger harus diet ya?"
"Ya...gerakannya lambat sekali"
"Oh ok...besok porsinya saya kurangi.”
Aku tercekat. Diet? Kurangi porsi? Itu terdengar seperti konser meongku diganggu gonggongan anjing.
Dan kabar itu menyebar cepat.
Princess mengibaskan ekornya, penuh kemenangan. “Sudah kubilang, Ginger. Makan berlebihan itu membawa masalah.”