Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Toxic Masculinity, Racun Berbisa dan Pemikiran Sempit Kaum Pria

4 Oktober 2021   18:36 Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:15 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemahaman bahwa semua laki-laki harus tampil gagah, menyukai olahraga tertentu, tidak boleh menangis, dan lain-lain itu sebenarnya adalah toxic masculinity. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Terus, ada pula yang berpendapat kalau bukan merokok dan minum minuman keras itu bukan laki. Hey, bukankah kamu tidak tahu apa dampak negatifnya merokok dan minum-minuman keras. Beberapa hari yang lalu, saya melihat igstory teman kalau dia habis clubbing dan dia menyetir mobil dalam keadaan mabuk alhasil dia terlibat kecelakaan di jalan dan mengalami luka parah di bagian otak dan dada dan dilarikan ke rumah sakit. 

Please kalau misalnya membawa orang ke arah negatif jangan ngajak-ngajak. Menjadi laki-laki sejati enggak melulu harus yang ke arah negatif, masih bisa kok kita ke arah yang lebih positif.

5. Emosi dan Main Tangan Ketika Pendapatnya Tidak Diterima

“Kamu harus ikuti kemauan dan permintaanku, kalau tidak aku akan laporkan ke orangtuamu!”

Kesal pastinya melihat kalau ada teman yang selalu mengedepankan rasa ego ketika tidak setuju dengan pendapatnya. Kamu sebenarnya punya hak untuk membantah dan menyangkal bahwa pendapat dia adalah pendapat yang sepatutnya tidak disarankan untuk kamu ikuti. 

Memang pada hakikatnya setiap orang berhak untuk menyampaikan dan mengutarakan pendapatnya, baik itu setuju atau tidak setuju. Tapi terkadang beberapa laki-laki merasa menjadi defensif dan menunjukkan bahwa dirinya jauh lebih berkuasa dan memiliki power ketika dirinya dikritik. 

Kalau kamu merasa benar silahkan boleh kok disangkal, jangan percaya hasutan kalau dilaporkan ke orangtua, padahal pendapatnya salah. Kasus ini bukan hanya laki-laki ke perempuan tetapi laki-laki ke laki-laki juga ada. 

Tolong untuk belajar menjadi pendengar yang baik, saling terbuka jangan emosinya yang dikedepankan tapi egonya diturunkan empatinya dirasakan, berhenti sejenak dengarkan dahulu pendapat orang lain. Kalau memang salah ya terima saja jangan menyalahkan apalagi main tangan dengan kekerasan berujung tawuran di jalan.

6. Mengejek Laki-Laki Yang Menggunakan Skincare

“Cowok kok pakai skincare. Kayak cewek aja!”

Merawat diri itu bagian dari self love kan? Apakah penggunaan skincare hanya diperuntukkan untuk cewek saja? Padahal laki-laki dan perempuan juga sama-sama memiliki kebebasan dalam merawat diri. 

Tidak sedikit seseorang punya pikiran sempit seperti ini. Coba kalian bayangkan brand-brand skincare sekarang sudah memiliki label FOR MEN. Pembersih wajah ada yang versi men, maskeran juga bisa dipakai sama laki-laki dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Bahkan toxic masculinity jenis ini sering terjadi di media sosial. Pernah ada salah satu orang yang DM ketika aku memakai filter masker di igstory, ada yang bilang “emang cowok harus pakai skincare ya?” 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun