Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Toxic Masculinity, Racun Berbisa dan Pemikiran Sempit Kaum Pria

4 Oktober 2021   18:36 Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:15 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemahaman bahwa semua laki-laki harus tampil gagah, menyukai olahraga tertentu, tidak boleh menangis, dan lain-lain itu sebenarnya adalah toxic masculinity. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Padahal olahraga yang mencerminkan “laki-laki” banget bukan hanya olahraga sepakbola saja. Olahraga pun juga jenisnya banyak ada karate, bulu tangkis, renang, tenis, tenis meja dan masih banyak lagi yang lain. 

Saya jadi teringat semasa SMA dan kuliah saya selalu diajak untuk ikut futsal bersama teman-teman, tapi saya memilih tidak ikut karena memang saya tidak jago dan tidak pengen ikut. Walaupun saya tidak ikut, tapi selalu ada yang membicarakan dan merendahkan karena aku mungkin tidak begitu jago soal olahraga.  

Padahal kita sebagai laki-laki juga bisa menunjukkan kelebihan-kelebihan kita yang lainnya. Kalau kalian memang jago olahraga ya silahkan ditekuni, siapa tau itu bakat terpendam kamu untuk bisa jadi prestasi, jangan mencari teman untuk dijatuhi dan menebar hate speech kalau teman kamu tidak sejago kamu soal olahraga. 

Mungkin kamu kurang jago di olahraga tidak seperti lainnya, tapi bukan tidak mungkin kalau kamu juga jago di bidang lain seperti bidang musik.

Kamu bisa menunjukkan bakat kamu di bidang musik baik menyanyi lagu dengan genre pop, atau genre lainnya, atau bermain alat musik baik alat musik tradisional maupun alat musik. 

Bukan tidak mungkin juga kalau misalnya kamu juga memiliki kelebihan di bidang akademik baik di semua mata pelajaran atau mata pelajaran tertentu sehingga kamu bisa menunjukkan kalau kamu mampu di bidang ini dan mendapatkan nilai yang bagus atau indeks prestasi yang selalu meningkat di setiap semesternya. Bisa jadi kamu juga suka banget sama bidang seni yang benar-benar menjadi andalan ataupun suka menulis. 

Kamu bisa tunjukkan karya-karya kamu sebagai pembuktian untuk orang-orang yang merendahkan kamu itu apakah dia juga bisa seperti yang kamu lakukan. Jangan balas orang-orang yang merendahkan kamu dengan kata-kata kasar tetapi balas dendam terbaik adalah balas dengan pencapaian kalian dan karya-karya kalian.

2. Mengejek Sesama Cowok Yang Berpenampilan Rapi

“Bro, mau kemana lo rapi amat sih mana rambutnya klimis lagi”
“Bro, mau kemana sih pakai batik? Mau kondangan yak wakakakaka”

Berpenampilan rapi dan bersih itu adalah hak semua orang kan? Memang tidak ada aturan sosial maupun seperangkat kaidah yang berpakaian harus seperti apa dan sebagainya. Kecuali ketika kalian ospek maupun sekolah dimana tiap harinya ada beberapa dresscode yang harus dipakai misalnya putih biru untuk SMP, putih abu-abu untuk SMA, putih merah SD. 

Disini yang disesalkan bukan soal dresscodenya, tapi cara berpenampilan setiap orang tentunya memiliki preferensi yang berbeda-beda. Ada yang casual look, stylish dan manly, ada yang sekedar rapi aja tapi kelihatan menarik dan kece. Mau pakai batik ke kampus boleh-boleh aja kok, ke mall pakai turtleneck, pakai kalung dan pomade-an biar klimis juga boleh. Suka-suka mau groomingnya seperti apa. 

Ngapain harus dipermasalahkan? Bukankah menjaga kebersihan itu sebagian dari iman? Berpenampilan rapi itu salah satu bentuk usaha untuk menjaga estetika sekaligus personal branding untuk diri saya pribadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun