Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Toxic Masculinity, Racun Berbisa dan Pemikiran Sempit Kaum Pria

4 Oktober 2021   18:36 Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:15 1717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemahaman bahwa semua laki-laki harus tampil gagah, menyukai olahraga tertentu, tidak boleh menangis, dan lain-lain itu sebenarnya adalah toxic masculinity. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Kalau dilihat-lihat secara seksama, sebetulnya semua sifat yang tergolong feminin maupun maskulin tadi dimiliki setiap dari kita dan penting untuk kehidupan kita. 

Seorang laki-laki yang sudah menjadi ayah misalnya ketika bermain bersama dengan anaknya pasti akan menampilkan sifat lemah lembut, penyayang, dan sabar. Sementara seorang perempuan juga perlu berpikir secara kritis dan rasional, berani, serta bertanggungjawab dalam kehidupannya.

Berdalih untuk bisa bergabung dan diterima oleh lingkungan sosialnya, terkadang manusia khususnya laki-laki merasa tidak nyaman ketika kita tidak menuruti norma sosial yang telah diatur oleh masyarakat. Salah satu kata yang sering kita dengar adalah “laki-laki itu tidak boleh menangis”. 

Kata-kata ini sudah sedari lama dan ditujukan khususnya kepada laki-laki dan membuat laki-laki lebih memilih untuk menekan perasaan mereka dibandingkan memproses emosi mereka dengan cara yang sehat atau baik. 

Padahal kita sendiri pun tidak menyadari bahwa dengan kata-kata yang diucapkan itu bisa menjadi dampak negatif. Ada yang terlihat murung, galau, pendiem, denial terhadap diri sendiri bahkan malah berujung depresi. 

Saya jadi teringat bahwa beberapa orang curhat kepadaku terkait anggapan ini, dan menanyakan kepadaku “apa iya ya kalau cowok itu gaboleh nangis?”. Jawabanku sangat diplomatis, gapapa kok kamu boleh kok menangis. 

Menangis itu bukan menunjukkan kamu lemah, justru malah menjadikan dirimu naik satu tingkat untuk menjadi pribadi yang lebih kuat. Dengan menangis kamu bisa melepaskan semua beban yang selama ini kamu rasakan begitu sakitnya

Sepanjang pengalaman yang pernah saya alami, ada beberapa kecenderungan-kecenderungan persepsi seorang laki-laki yang mengarah pada bentuk dari toxic masculinity. Perlu diketahui, bahwa karena norma masyarakat kita tentang peran gender yang cukup sempit, kecenderungan-kecenderungan ini sudah terbentuk sejak lama, dan tidak mudah untuk diubah. 

Masyarakat sendiri yang membuat laki-laki merasa bahwa dirinya harus seperti yang di bawah ini. Mari kita lihat apa saja bentuk-bentuk kecenderungan yang berujung pada toxic masculinity!

1. Laki-laki Setidaknya Pandai atau Jago Olahraga

“Kamu ga suka sepak bola ya? Yahh, ga laki dong berarti!”

Sering kita mendengar anggapan orang-orang bahwa laki-laki setidaknya pintar atau jago olahraga. Kalau laki-laki jago olahraga sudah pasti banyak disukai oleh cewek-cewek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun