Mohon tunggu...
Novi Chadjin
Novi Chadjin Mohon Tunggu... Penulis - Wife and Mother

Just a simple woman

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Solusi untuk Toxic Workplace

15 Maret 2024   12:02 Diperbarui: 15 Maret 2024   22:22 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lingkungan kerja yang sehat dan produktif adalah harapan setiap karyawan. Namun, sayangnya, tidak semua tempat kerja memberikan atmosfer yang membangun dan mendukung pertumbuhan profesional serta kesejahteraan mental dan fisik. Ada realitas yang lebih gelap yang sering kali tersembunyi di balik fasad profesionalisme. Hal ini disebabkan oleh keberadaan lingkungan kerja yang toxic.

Lingkungan kerja yang toxic dapat didefinisikan sebagai atmosfer yang dipenuhi dengan ketegangan, konflik interpersonal, perilaku negatif, dan pola manajemen yang tidak sehat. Dalam lingkungan seperti ini, karyawan sering kali merasa stres, cemas, dan tidak nyaman. Bahkan, dampaknya bisa jauh lebih serius, seperti depresi, kelelahan kronis, dan penurunan produktivitas.

Salah satu ciri khas lingkungan kerja yang toxic adalah adanya perilaku intimidasi dan pelecehan. Ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari pelecehan verbal hingga intimidasi fisik. Karyawan yang menjadi korban perilaku ini merasa tidak aman dan terjebak dalam lingkaran ketakutan. Mereka mungkin tidak berani melaporkan perilaku tersebut karena takut akan konsekuensinya, seperti kehilangan pekerjaan atau ketidaknyamanan lebih lanjut.

Selain itu, lingkungan kerja yang toxic sering kali ditandai oleh pola manajemen yang otoriter dan tidak mendukung. Manajer atau atasan yang mempraktikkan kepemimpinan otoriter cenderung menggunakan kekuatan dan kontrol untuk mengatur karyawan, daripada memberikan dukungan dan membimbing mereka. Hal ini menciptakan atmosfer ketegangan dan ketidakpastian di tempat kerja, di mana karyawan merasa tidak dihargai dan tidak memiliki otonomi dalam pekerjaan mereka.

Perilaku kompetitif yang berlebihan juga dapat menyebabkan lingkungan kerja yang toxic. Ketika karyawan merasa perlu bersaing satu sama lain untuk mendapatkan pengakuan atau promosi, kolaborasi digantikan oleh sabotase dan kecurangan. Ini mengakibatkan kehilangan kepercayaan di antara rekan kerja dan menciptakan atmosfer yang tidak sehat di tempat kerja.

Lingkungan kerja yang toxic adalah masalah serius yang dapat merusak produktivitas. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengatasi masalah ini dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan mendukung.

Pengakuan dan Kesadaran

Ini merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam mengatasi lingkungan kerja yang toxic. Tanpa kesadaran akan adanya masalah, sulit bagi organisasi untuk membuat perubahan yang diperlukan. Pengakuan ini tidak hanya diperlukan dari pihak manajemen, tetapi juga dari semua anggota tim di tempat kerja.

Terlalu sering, organisasi atau instansi cenderung menutup mata terhadap masalah ini atau bahkan menjustifikasi perilaku yang tidak sehat sebagai "bagian dari budaya kerja". Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kenyamanan karyawan, lebih banyak organisasi dan instansi mulai mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini.

Pengakuan juga mencakup pengertian akan dampak negatif dari lingkungan kerja yang toxic. Ini dapat meliputi penurunan produktivitas, peningkatan tingkat absensi, dan bahkan masalah kesehatan fisik dan mental yang serius bagi karyawan. Dengan memahami konsekuensi dari lingkungan kerja yang tidak sehat, manajemen dan karyawan akan lebih termotivasi untuk mengambil tindakan untuk mengubahnya. Manajemen perlu secara terbuka mengakui adanya masalah ini dan menyatakan komitmennya untuk melakukan perubahan.

Pembentukan Kebijakan Anti-Pelecehan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun