Mohon tunggu...
Mbah Priyo
Mbah Priyo Mohon Tunggu... Engineer Kerasukan Filsafat

Priyono Mardisukismo - Seorang kakek yang suka menulis, karena menulis bukan sekadar hobi, melainkan vitamin untuk jiwa, olahraga untuk otak, dan terapi kewarasan paling murah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Penantian

23 Agustus 2025   21:00 Diperbarui: 23 Agustus 2025   09:43 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mulai berbicara pada diriku sendiri.
“Untuk apa menunggu orang yang tak akan datang?”
Suara logika di kepalaku terdengar lantang.

Namun suara lain, lebih halus, berbisik,
“Setidaknya, di penantian inilah kau masih bisa merasakannya hadir. Lebih baik menunggu bayangan, daripada hidup tanpa jejak.”

Dan aku memilih suara kedua.
Aku memilih tetap menunggu.

Hujan reda. Jalanan di luar tampak berkilat, memantulkan lampu jalan yang gemetar oleh angin. Sepi semakin menebal.

Aku tahu, malam ini kau tidak akan datang.
Aku tahu, kursi itu akan tetap kosong sampai aku pergi.
Aku tahu, penantian ini hanya bayangan yang kuhidupi dengan sengaja.

Tapi anehnya, aku menemukan kedamaian kecil di dalamnya.

Penantian ini melukis wajahmu lebih jelas daripada ingatan.
Penantian ini memberiku alasan untuk datang kembali besok, lusa, dan mungkin selamanya.
Penantian ini, betapa pun menyakitkan, adalah satu-satunya cara agar aku tetap merasa dekat denganmu.

Dan akhirnya, yang datang hanyalah sunyi.
Ia menyelimuti ruang, menyusup ke dalam kopi dingin, menyelubungi kursi kosong, bahkan merambat ke dadaku.

Sunyi itu menggantikan namamu.
Menggantikan langkahmu yang tak pernah tiba.
Menggantikan kepastian yang kau bawa entah ke mana.

Aku menutup mata sekali lagi, membiarkan sunyi itu memelukku.
Mungkin inilah akhir dari penantian malam ini.
Bukan akhir dari rinduku, bukan akhir dari harapanku—tetapi akhir dari satu episode kecil di dalam hidupku yang dipenuhi kehilangan.

Besok aku akan kembali.
Besok aku akan duduk di kursi yang sama.
Besok aku akan menunggu lagi, dengan keyakinan yang semakin rapuh namun tetap ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun