Hanya itu yang keluar dari bibirku, sembari aku mencari-cari smartphone ku di dalam tas kecilku. Kuatir lupa kubawa.
Aku jadi teringat cerita beberapa Om ku dari adik-adik ibuku. Om Kardus dulu adalah teman para om ku. Mereka banyak cerita soal kehidupan Om Kardus. Jadi aku banyak tahu tentang Om Kardus.
Nama Om Kardus hanya sebutan saja. Sejak kecil dipanggil 'Kardus' oleh anak-anak kampung. Dia bangga dengan sebutan nama itu. Sebenarnya dia punya nama lengkap yang bagus. Nama yang khas keturunan orang kaya.
Om Kardus memang berasal dari keluarga kaya. Kakek dan orang tuanya kaya dan terpelajar. Dia sendiri pun sebenarnya terpelajar dan kaya. Sekolahnya di kota besar dan di luar negeri. Entah luar negeri mana, tak banyak orang kampung tahu.
Sejak kecil mainannya buatan pabrik, mulai dari mobil-mobilan, robot-robotan, pistol-pistolan, Â senapan, truk, tank, kapal dan banyak lagi permainan perang yang digerakkan mesin otomatis. Keren deh.
Sangat berbeda dengan anak-anak kampung, yang kebanyakan permainannya dibuat dari kayu, bambu hutan, kulit jeruk, karet bekas sandal tebal yang biasanya terhanyut di kali yang dipungut anak-anak kampung untuk dibikin mainan.
Dulu, kalau si Kardus dibelikan orang tuanya  mainan baru dari kota, maka dia akan panggil anak kampung teman sepermainannya. Dia akan pamer saat pertama kali membukanya dari kardus.
Mata anak-anak kampung akan terbelalak. Berdecak kagum. Bukan hanya pada mainan itu saja, tapi kardusnya juga terlihat hebat dan mewah. Lipatan dalamnya rumit. Gambarnya menarik. Biasanya di dalam kardus itu dilapisi gabus putih. Â Kardus itu selalu dia simpan. Padahal anak-anak kampung berharap dia membuangnya, dan akan dipungut mereka.
Pernah om ku minta kardus itu untuk dibuat mainan, tapi si Kardus tidak memberikan, sambil marah-marah. Katanya, kalian tidak paham soal kardus ini. Kardus itu hanya untuk menyimpan mainan orang kaya. Mainan hebat. Bukan mainan dari kulit jeruk atau bekas sandal.
Sejak saat itu tak ada yang berani minta. Mereka hanya menonton saja ketika dia memainkan permainan barunya di teras depan rumahnya. Dia terlihat bangga dan merasa hebat diantara anak-anak kampung yang memandang penuh kagum pada mainan barunya.