Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Anak yang Bertanya Kapan Saya Mati

17 Februari 2025   20:36 Diperbarui: 17 Februari 2025   20:36 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sabar, ya Nduk."

"Anak sholehah, mamanya didoakan ya."

Ucapan ibu-ibu itu seperti mendengung di telinga saya. Suami menarik tangan saya agar mengikutinya menuju rumah duka. Geurlis mengikuti langkah saya dengan setengah berlari.

"Ibuk, kenapa orang-orang ini mendadak sayang sama Gelis, ya?" tanya Geurlis.

Saya tak hendak menjawab pertanyaannya. Saya bahkan tak sanggup menatap wajahnya yang polos itu.

"Ibuk ..." Mata Geurlis mengerjap. Ia meminta persetujuan saya ketika orang-orang memintanya untuk mencium Yuli untuk yang terakhir kalinya.

"Tapi gak boleh nangis lo ya, Kasian mamanya," ucap Buk Sonara, yang memimpin perawatan jenazah.

Geurlis bersama kedua kakaknya mengikuti semua prosesi pemakaman Yuli sampai di pemakaman umum Kutobedah. Berkali-kali ia menghampiri saya menitipkan uang duka yang diberikan petakziah kepadanya.

"Mengapa Mama mati?" tanya Geulis sambil menabur bunga di pusara mamanya.

"Sakit. Kanker otak." jawab si sulung.

"Apa Mama akan jadi hantu pocong?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun