"Kapan mama pulang?" tanya Geurlis kepada kakaknya. Ia tidak diperbolehkan ikut ke rumah sakit.
Sulung hamya bisa mengedikkan bahu sambil menahan tangis. Terakhir ia melihat mamanya yang tubuhnya dipenuhi slang.
"Mama pulang jika sudah sembuh," jawab saya.
"Hore, mama sembuh. Bisa jalan lagi. Asik, terima kasih ya Allah," soraknya.
Hati saya mencelos mendengarnya. Dokter sudah tidak bisa menjanjikan apa-apa. Kami diminta banyak-banyak berdoa, berharap ada keajaiban yang terjadi pada Yuli. Tetapi saya sekurangajar ini. Astaghfirullah.
Dan kabar yang paling tidak ingin saya dengar itu datang juga. Di hari Kamis, 24 Oktober 2024, setelah shalat Subuh. saya membangunkan Geurlis.
"Kemana?" matanya baru separo terbuka.
"Ke Brantas. Mama pulang," Saya berusaha kuat menahan air mata yang sudah sampai di pelupuk. Brantas adalah rumah keluarga Yuli.
"Hore. Mana sembuh!" Ia langsung duduk, matanya langsung terbuka lebar. Tanpa drama seperti biasanya jika berangkat sekolah. ia langsung minta mandi. Tanpa memberi syarat apapun seperti kemarin-kemarin.
"Lho Buk, hari ini kan pake seragam hijau." Ia menepis tangan saya yang memberinya  kaos pink.
"Hari ini  libur,"