Mohon tunggu...
Nurifah Hariani
Nurifah Hariani Mohon Tunggu... Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Guru di sebuah sekolah swata di kota Malang, sedang belajar menulis untuk mengeluarkan isi kepala, uneg-uneg juga khayalan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Anak yang Bertanya Kapan Saya Mati

17 Februari 2025   20:36 Diperbarui: 17 Februari 2025   20:36 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayahdi ?" Ia memanggil saya, Ibuk dan memanggil suami, Ayahdi.

"Libur semua,"

Ia bersorak. Sepertinya kepalanya penuh dengan bayangan yang menyenangkan. Mama sembuh. Mama bisa jalan lagi. Mama bisa menemaninya seperti dahulu. Itu doa yang dipanjatkannya setiap hari.

Tidak sampai setengah jam kami sampai di Brantas.  Motor kami berhenti bersamaan dengan datangnya ambulan dari rumah sakit. Geurlis melambaikan tangan. Ia berteriak riang memanggil mamanya. Setengah berlari ia mendekati ambulan.

Ketika jenazah diturunkan, Geurlis berlari menghampiri saya.

"Ibuk, kenapa Mama ditutupi. Ibuk. Mama sembuh 'kan. Ibuk ...."

 

Sumpah, inilah pertanyaan yang paling tidak ingin saya dengar. Dada saya seperti akan meledak sementara air mata ini meluncur bebas begitu saja membasahi pipi.

"Ibuk ...." Ia mengguncang tubuh saya.

Saya tidak tahu harus bagaimana, sementara banyak orang mendatangi kami. Saya masih membeku ketika banyak ibu-ibu bergantian memeluk dan mencium Geurlis.

"Anak pinter"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun