Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renungan Pemuda Miskin di Gubugnya

12 Juni 2021   21:33 Diperbarui: 12 Juni 2021   21:54 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: gokilabissz.blogspot.com

Seorang pemuda miskin merenung sendiri di gubug tempat tinggalnya.

Ia heran apakah kalkulator orang-orang kaya itu hanya menegenal tanda hitung tambah saja tetapi tak ada tanda bagi? Mereka cuman berpikir menambah terus hartanya tetapi lupa membagi kepada orang miskin macam dirinya?

Dalam setiap doa dia juga memohon mukjijat agar penggandaaan roti yang dulu ada kini kembali tersedia. Tapi tak terjadi juga.

Mungkin penggandaan roti itu bukan seperti tertulis apa adanya. Ketika itu Nabi Isa berdoa lalu lima roti dari seorang anak kecil menjadi berlipat ganda.

Yang terjadi sebenarnya adalah  ketika Isa berdoa supaya roti berlipatganda maka tergugah kepedulian dari orang-orang yang hadir di sana untuk mengumpulkan roti bekal mereka sehingga roti menjadi banyak jumlahnya.

Kepedulian itulah yang kini di jaman modern ini tak ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun