Menurut riset, seseorang yang mempunyai mobil. Namun, di atap rumahnya masih bertengger toren berwarna biru/oranye.
Atas nama sayang kepada anak-anak orangtua rela melakukan apa saja.
Aku tengah belajar dari dulu. Aku siap berjibaku, memetik masa lalu. Aku akan sanggup tidak lagi malu-malu rengkuh restu.
Sepi buat kita mencari Siapa diri yang terpampang pada kaca, pada mata orang, hewan, dan barangkali tumbuhan pun lihat
Hilang! Walaupun tak ada yang abadi, pastilah enggan kehilangan. Hanya sebuah titik, bisa membuat hilang seluruh hamparan kenangan.
Perempuan dalam lenguhnya yang memberat lara dikisahkannya padaku ihwal cinta nan pilu
Telah berguling matahari di atas kepala Bagai garis lemparan bola Jatuh ke barat, turun Di suatu senja yang marun
Tak akan jemu menatapmu. Tak jua urun memelukmu. Dekapanku erat, sebab aku kian tertambat. Kepadamu, pelitaku.
Detik-detik mulai memburu Jarum-jarum itu pongah melaju Selalu berjalan rapi, sesekali terhenti Karena kehabisan baterai.
Nafas anugerah tersadar dia datang tatkala mata terbukabergegas raga ikuti otak lakukan tindakan nyatahirup pikuk dunia
Kita kembali beranjak Menyelami do'a - do'a yang mulai menepi Mengeja kalimat yang mulai bosan dilantunkan. Sedangkan perihal amin masih pada garda te
Desiran sang bayu di balik daun Merangkai melodi nada rindu Mengepakkan sayap asaku Menembus langit sejuta warna Mencari titik kasih sayang-Mu
Dawai gitar hujam nadir. Sekadar lagu di bawah rembulan.Memori lampau pulang tanpa permisi. Akal berhujat, budi terdiam.Siapakah engkau yang di depan
Kemuning jawa, itulah namaku Jangan salah pilih karena ada kemuning jepang di sebelah kuD aun ku yang kecil berjajar menempel di batang-batang ku
Sancaka pagi Surabaya ke Jogja Mampir Madiun Sarapan pecel dulu Berkriuk-kriuk Pantang tertegun "Pecel hilangkan pegel hinggap di Jogja tetaplah seger
Embun yang menempel ditubuhmu Bak mutiara Yang memancarkan kilaunya Kupu-kupu sambil malu Mencoba mendekat Tapi malu Kerana kalah cantiknya
Puis Saatnya Memulai, Ditengah gemuruh zaman nan berkecamuk Saat umat membutuhkan lubang untuk menilik
Puisi Terpaku, Berlari mengejarmu aku tak sanggup Diriku terpaku dalam ketida berdayaan Berjuang menggapaimu pun ku tak kuat
Puisi Masih Adakah Rasa Itu Untukku, Pada samudera luas Ketika waktu berdetak Tinggalkan kehampaan Akankah rindu ini akan memudar