Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kisah Buya Hamka sebagai Tahanan; Keikhlasan yang Menyelamatkan Bangsa

28 September 2025   03:35 Diperbarui: 28 September 2025   03:35 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Buya Hamka,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Pendahuluan: Di Antara Luka dan Keikhlasan

Di negeri yang sering lupa pada luka-luka sejarahnya, kisah Buya Hamka hadir bukan sebagai nostalgia, melainkan sebagai pelajaran hidup. Ia bukan sekadar ulama, penulis, atau pemikir. 

Ia adalah cermin yang memantulkan bagaimana seseorang bisa tetap tegak dalam badai fitnah, tetap menulis dalam pengasingan, dan tetap memaafkan meski disakiti oleh tokoh-tokoh besar bangsanya sendiri.

Ketika Ulama Dijadikan Musuh Negara

Tahun 1964, Presiden Soekarno memenjarakan Buya Hamka tanpa proses hukum. Tuduhannya politis, atmosfernya penuh intrik. 

Bersama Mohammad Yamin dan Pramoedya Ananta Toer, Soekarno melakukan pembunuhan karakter terhadap ulama besar asal Minangkabau ini. 

Media cetak yang diasuh Pramoedya menjadi alat serangan. Namun Hamka tidak bergeser sedikit pun dari tugasnya: menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.

Tafsir dari Balik Terali Besi

Selama 2 tahun 4 bulan di penjara, Hamka tidak larut dalam dendam. Justru di ruang sempit itulah ia menyelesaikan karya agungnya: Tafsir Al-Azhar, sebuah tafsir 30 juz yang hingga kini menjadi rujukan utama umat Islam Indonesia. 

Penjara bukan hukuman baginya, melainkan anugerah waktu untuk berkarya.

Ketika Para Penyerang Menjadi Murid

Tahun-tahun berlalu. Di usia senja, Pramoedya Ananta Toer mengakui kesalahannya. Ia mengirim putrinya, Astuti, dan calon menantunya yang mualaf, Daniel, untuk belajar Islam langsung kepada Hamka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun