Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pindah Karier di Usia 30-an: Antara Nekat, Cemas, dan Bahagia

27 September 2025   23:42 Diperbarui: 27 September 2025   23:42 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pindah karir usia 30 | www.idntimes.com

Ada sebuah teori tak tertulis yang sering mampir di tongkrongan warung kopi: "Kalau umur sudah kepala tiga, sebaiknya hidupmu mulai stabil---punya pekerjaan tetap, rumah sederhana, cicilan yang masuk akal, dan mungkin sepasang sandal couple sama pasangan." Tapi realitasnya, banyak orang justru di usia 30-an baru berani jungkir balik mengambil keputusan besar: pindah

Sekilas, langkah ini terdengar nekat. Bagaimana tidak? Di usia yang sama, sebagian teman sudah dapat promosi jabatan, sementara sebagian lain sibuk memamerkan rumah tipe 36 hasil KPR. Sedangkan kita? Malah mulai dari nol lagi, seperti main game tapi nyawa tersisa cuma satu.

Ada dua alasan utama. Pertama, faktor kejenuhan. Banyak orang yang masuk kerja di usia 20-an dengan modal nekat: "yang penting kerja dulu, nanti mikir belakangan." Sepuluh tahun berlalu, barulah muncul pertanyaan eksistensial: "Apakah aku benar-benar mencintai pekerjaan ini, atau hanya sekadar menjalani?"

Kedua, faktor kematangan. Di usia 30-an, seseorang biasanya sudah lebih mengenal dirinya sendiri. Apa yang disukai, apa yang bikin stres, bahkan apa yang bikin cepat botak. Dari situlah muncul keberanian untuk mengejar karier yang lebih sesuai passion atau nilai hidupnya.

Seperti yang ditulis Cal Newport dalam bukunya So Good They Can't Ignore You (2012), kepuasan kerja seringkali datang bukan dari "mengejar passion" semata, melainkan dari keterampilan mendalam yang membuat seseorang merasa bernilai. Nah, di usia 30-an, kita biasanya sudah punya bekal skill, sehingga pindah jalur lebih memungkinkan ketimbang saat masih fresh graduate.

Tentu saja, pindah karier bukan seperti ganti filter Instagram yang tinggal klik. Ada konsekuensi pahit yang harus ditelan. Pertama, rasa cemas soal finansial. Gaji yang sudah mapan bisa turun drastis ketika memulai bidang baru. Apalagi kalau sebelumnya sudah terbiasa nongkrong di kafe kekinian, lalu tiba-tiba harus menimbang menu: "hari ini kopi sachet atau teh celup?"

Kedua, kehilangan identitas sementara. Pekerjaan itu sering melekat erat dengan siapa kita. Begitu pindah, seolah ada label baru yang perlu diperkenalkan ke dunia. Bayangkan, dari "Manager Marketing" tiba-tiba berubah jadi "Content Creator Pemula". Ada rasa kikuk, apalagi saat reuni keluarga. Siap-siap menghadapi pertanyaan: "Kok kerjaannya ganti lagi, Dek?"

Ketiga, tantangan belajar ulang. Usia 30-an memang belum tua, tapi otak tak lagi se-fresh anak 20-an yang bisa begadang semalaman menghafal coding. Mau tidak mau, kita harus menyesuaikan diri dengan ritme belajar baru, sembari tetap menunaikan tanggung jawab rumah tangga (kalau sudah berkeluarga).

Meski pahit, banyak orang tetap merasa pindah karier di usia 30-an itu langkah yang membebaskan. Ada rasa lega saat akhirnya berani mengejar apa yang benar-benar diinginkan.

Seorang teman saya, misalnya, dulu bekerja sebagai akuntan di perusahaan besar. Stabil, gajinya bagus, tapi setiap hari rasanya hampa. Akhirnya ia banting setir jadi guru bahasa Inggris. Secara finansial memang turun, tapi tiap kali bercerita, matanya berbinar. Katanya, "Akhirnya aku merasa pekerjaanku punya makna."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun