Medan, 27 September 2025
Dalam Rapat Bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, senin (22/9/2025), Tan menegaskan bahwa arah program ini justru bertentangan dengan edukasi gizi lantaran menu makanan instan. Ahli Gizi melontarkan kritik keras terhadap makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai gagal memenuhi tujuannya dengan:Â
Memberikan menu makanan instan seperti burger, spageti, mie gacoan yang tidak cocok untuk kesehatan dan sumber daya manusia(SDM) Indonesia karena menggunakan bahan dasar tepung atau gandum yang tidak tumbuh dari lokal. Kritik ini diperkuat dengan penemuan menu berkualitas rendah, seperti " rasa karton" dan daging olahan tidak jelas, serta adanya praktik " kastanisasi " di mana menu berkualitas hanya dibagikan disekolah dekat pusat Jakarta sementara didaerah berbeda.
Dilema Menu Burger dan Spageti
1. Tidak Mendukung SDM Lokal: dr. Tan sang ahli gizi menyatakan bahwa menu berbasis tepung terigu dan gandum, seperti burger dan    spageti, tidak menguntungkan bagi sumber daya manusia Indonesia karena bahan bakunya tidak diproduksi didalam negeri.
2. Bertentangan dengan Edukasi Gizi: Program MGB justru memberikan makanan instan dan produk olahan ultra, yang bertentangan      dengan tujuan edukasi gizi yang seharusnya disampaikan kepada anak - anak.
Kualitas Menu yang Bervariasi dan Tidak Konsisten
Kastanisasi: Ditemukan perbedaan kualitas makanan yang dibagikan. sekolah yang dekat dengan pusat kota mendapat menu yang lebih berkualitas, misalnya chicken katsu sementara disekolah di daerah terpencil menerima menu dengan kualitas sangat rendah, bahkan digambarkan " rasa karton " & daging olahan Tidak Jelas: dr tan menyoroti penggunaan daging olahan yang kualitasnya dipertanyakan, yang menyebabkan rasanya seperti karton, bukan daging sehat dan bergizi.
" Oh My God ! - Slogan Kekhawatiran dr Tan
Kritik dr Tan memuncak dengan seruan " Oh My God "! saat membahas menu seperti burger dan spageti serta daging olahan yang dianggap tidak sesuai dengan tujuan MBG untuk meningkatkan gizi anak - anak. Dan beliau menekankan bahwa program ini seharusnya fokus pada pangan lokal yang lebih sesuai dengan kebutuhan gizi, bukan mengikuti permintaan anak - anak yang tidak sesuai prinsip gizi.
Mahal mana Spageti, Burger dengan Nasi telur dengan Sayur dan Tempe