Puisi ketiga dari sembilan rincian judul puisi tentang Hari Biasa, khususnya tentang Hari Biasa Menulis Puisi. Semoga bermanfaat.
Filosofi diri hilang arah mencoba kembali
Puisi, Sinopsis meringkas hidup Memaksa pena mengukir skripsi
Kerinduan pada orang terkasih yang tak ada lagi di dunia
Mari bersama-sama menjelajahi dunia pendidikan melalui tulisan-tulisan kita, karena pendidikan adalah kunci untuk masa depan yang lebih cerah.
Menulis puisi memang bisa menjadi penyelamat bagi individu yang mengolah trauma
Bocah- bocah tanpa sarapan menghadang meriam, kaki kurus tak bersepatu berlarian di ketiak musuh
Indonesia negeri tercinta Suhu politik berduka Ibu pertiwi sedang bunting tua Mengandung demokrasi Menunggu sang makhota keluar dari peraduan
Sekarang, adik-adikku yang saya cintai, mari kita hargai nilai dari menulis dengan tangan. Ini adalah kegiatan yang memiliki dampak positif.
Separuh rembulan bersinar terang. Menemani kegelisahan, terngiang
Metode sugesti imajinasi pada prinsipnya memberikan sugesti melalui lagu yang bertujuan untuk merangsang daya imajinasi peserta didik.
Mulutnya akan tersenyum manis apabila berpapasan Bahkan tak segan memberikan semangat yang nihil makna
Angin malam bahkan purnama sekalipun membawa kawanannya untuk menyambutmu di sini
Hari berganti hari, Suara pipit itu telah pergi, Tak lagi riuh namun semakin jauh
Harapanku setiap harinya masih sama, manakala di sana kamu kehilangan kompas
Ketika sedih kita membutuhkan orang lain untuk bersandar
Di Tengah Gegap Gempita Dunia Digital, Masihkah Kemampuan Menulis Manual Dengan Tangan Diperlukan?
Pesan pengingat yang tidak pernah terputus Semuanya berisi hal-hal baik Jangan lewatkan makan
poto oleh pexelsKatamuAku adalah bagian dari serpihan lalu yang berhasil mengukir luka Namun di sisi lainAku adalah potongan masa depan yang tanp
Bebas menafsirkan, kemerdekaan ada pada dirimu.