Mohon tunggu...
Lala
Lala Mohon Tunggu... Penulis

Suka nulis, suka mikir, kadang overthinking tapi produktif. Pernah ikut kursus psikologi dari Yale dan Mini MBA dari IBMI Berlin—karena belajar itu seru, apalagi kalau bisa dibagi. Sempat tercatat di Asian Book of Records, alhamdulillah bukan karena hal viral. Di Kompasiana, saya nulis buat ngobrol—dengan diri sendiri dan siapa pun yang nyempetin baca.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Cincin untuk Sheila : Proyek Terakhir

3 April 2025   17:30 Diperbarui: 3 April 2025   21:19 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat Oleh AI

Tapi saat ia berbalik ke tempat tidur, kotak itu kini ada di sana, di atas bantalnya.

Cermin meja riasnya berkabut, dan di tengahnya, terbentuk tulisan samar seperti dicakar:

"SEKARANG GILIRANMU MENUNGGU."

Sheila mengusap usap matanya takut semua itu hanya halusinasinya belaka. Saat ia kembali menatap cermin di meja riasnya tulisan itu menghilang dan kotak itu kembali berada diatas meja. Sheila kemudian memasukan benda kecil itu ke dalam laci dimeja riasnya lalu kembali tidur.

___

Hari Ketiga: "Bau Anyir"

Sheila terbangun dengan perasaan gelisah. Udara di kamar terasa lebih berat dari biasanya, seperti ada sesuatu yang mengintai di dalam kegelapan. Ia bangkit dan mendapati kotak itu kembali duduk manis di meja rias---padahal semalam ia yakin sudah membuangnya ke tempat sampah di luar apartemen.

Tangannya gemetar saat mengangkatnya. Kotak itu terasa lebih dingin dari sebelumnya, seolah menyimpan sesuatu yang tidak kasat mata. Saat membukanya, cincin di dalamnya tampak sedikit berubah. Logamnya terlihat lebih mengilap, dan ada bercak merah samar di tepinya.

Sebuah ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Farrel berdiri di ambang pintu dengan senyum khasnya, tapi ada sesuatu yang aneh pada wajahnya---kulitnya terlihat lebih pucat, dan matanya sedikit cekung.

"Hei," katanya, memeluk Sheila erat.

Sheila tersentak. Ada sesuatu yang salah. Aroma besi yang tajam menusuk hidungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun