Tapi saat ia berbalik ke tempat tidur, kotak itu kini ada di sana, di atas bantalnya.
Cermin meja riasnya berkabut, dan di tengahnya, terbentuk tulisan samar seperti dicakar:
"SEKARANG GILIRANMU MENUNGGU."
Sheila mengusap usap matanya takut semua itu hanya halusinasinya belaka. Saat ia kembali menatap cermin di meja riasnya tulisan itu menghilang dan kotak itu kembali berada diatas meja. Sheila kemudian memasukan benda kecil itu ke dalam laci dimeja riasnya lalu kembali tidur.
___
Hari Ketiga: "Bau Anyir"
Sheila terbangun dengan perasaan gelisah. Udara di kamar terasa lebih berat dari biasanya, seperti ada sesuatu yang mengintai di dalam kegelapan. Ia bangkit dan mendapati kotak itu kembali duduk manis di meja rias---padahal semalam ia yakin sudah membuangnya ke tempat sampah di luar apartemen.
Tangannya gemetar saat mengangkatnya. Kotak itu terasa lebih dingin dari sebelumnya, seolah menyimpan sesuatu yang tidak kasat mata. Saat membukanya, cincin di dalamnya tampak sedikit berubah. Logamnya terlihat lebih mengilap, dan ada bercak merah samar di tepinya.
Sebuah ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Farrel berdiri di ambang pintu dengan senyum khasnya, tapi ada sesuatu yang aneh pada wajahnya---kulitnya terlihat lebih pucat, dan matanya sedikit cekung.
"Hei," katanya, memeluk Sheila erat.
Sheila tersentak. Ada sesuatu yang salah. Aroma besi yang tajam menusuk hidungnya.