Aku berjalan melewati lorong cahaya
Yang temaram – bukan pagi, pun bukan malam
Seperti hidup di antara mimpi dan kenyataan
Yang tak bisa kupanggil rumah
Meski aku terus kembali pulang
Langkahku lelah di luar sana
Di antara lampu jalan dan debu kota
Kupikir di dalam akan kutemui ketenangan ini
Nyatanya hanya gema – dan aku makin sendiri
Langit-langit memantulkan bisik
Seolah tembok ikut berbicara
Bukan suara yang kuminta
Tapi mereka datang, menyelinap seperti bayang yang semu
Tak bisa kugenggam, namun terus membayang
Aku duduk pada lantai yang dingin
Membiarkan diriku larut dan tak lagi melawan
Sebab, kata-kata tak selalu bisa jadi tameng
Dan diam – kadang satu-satunya bentuk bertahan
Mereka tak tahu,
Dalam senyumku yang hening, tersimpan ribuan mantra
Yang sengaja tak kuucapkan, karena aku memilih,
Diam...
Dalam bayang semu itu sendiri
Aku pun tak butuh peluk
Hanya ingin sehelai keheningan
Yang bisa kusebut rumah
Yang bisa kusebut pulih
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI