Mohon tunggu...
Niken Diah Safitri
Niken Diah Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis di waktu luang untuk berbagi cerita dan menikmati senja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diam dalam Bayang Semu

4 Juni 2025   20:13 Diperbarui: 4 Juni 2025   20:25 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ketenangan (Sumber : Unsplash/Matthew Smith)

Aku berjalan melewati lorong cahaya
Yang temaram – bukan pagi, pun bukan malam
Seperti hidup di antara mimpi dan kenyataan
Yang tak bisa kupanggil rumah
Meski aku terus kembali pulang

Langkahku lelah di luar sana
Di antara lampu jalan dan debu kota
Kupikir di dalam akan kutemui ketenangan ini
Nyatanya hanya gema – dan aku makin sendiri

Langit-langit memantulkan bisik
Seolah tembok ikut berbicara
Bukan suara yang kuminta
Tapi mereka datang, menyelinap seperti bayang yang semu
Tak bisa kugenggam, namun terus membayang

Aku duduk pada lantai yang dingin
Membiarkan diriku larut dan tak lagi melawan
Sebab, kata-kata tak selalu bisa jadi tameng
Dan diam – kadang satu-satunya bentuk bertahan

Mereka tak tahu,
Dalam senyumku yang hening, tersimpan ribuan mantra
Yang sengaja tak kuucapkan, karena aku memilih,
Diam...
Dalam bayang semu itu sendiri
Aku pun tak butuh peluk
Hanya ingin sehelai keheningan
Yang bisa kusebut rumah
Yang bisa kusebut pulih

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun